Sabtu 02 Mar 2024 13:15 WIB

Kepala Gereja di Yerusalem Kecam Pembunuhan Para Pencari Bantuan

Sejumlah pemimpin Eropa dan negara Amerika Latin juga mengecam serangan itu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang anak Palestina beristirahat seusai berjalan di sepanjang jalan Al Rashid setelah menyeberang dari Jalur Gaza Utara ke Selatan Kota Gaza, Ahad (25/2/2024). Sejak 7 Oktober 2023, sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi di seluruh Jalur Gaza. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) menyatakan sebagian besar warga sipil di Gaza sangat membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Seorang anak Palestina beristirahat seusai berjalan di sepanjang jalan Al Rashid setelah menyeberang dari Jalur Gaza Utara ke Selatan Kota Gaza, Ahad (25/2/2024). Sejak 7 Oktober 2023, sebanyak 1,9 juta orang telah mengungsi di seluruh Jalur Gaza. Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) menyatakan sebagian besar warga sipil di Gaza sangat membutuhkan bantuan dan perlindungan kemanusiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Para Patriark dan Kepala Gereja di Yerusalem mengecam serangan tentara Israel ke warga Palestina yang menunggu bantuan kemanusiaan di bundaran Nabulsi di dekat Kota Gaza. Sejumlah pemimpin Eropa dan negara Amerika Latin juga mengecam serangan yang menewaskan sekitar 115 orang itu.

"Meski pada awalnya juru bicara pemerintah mencoba membantah keterlibatan tentara dalam peristiwa ini, pada hari itu Menteri Keamanan Nasional Israel tidak hanya memuji pejuang (Israel) atas aksi mereka yang 'sangat baik' tapi juga mencoba menyalahkan korban sebagai atas kematian mereka sendiri, dengan menuduh mereka mencoba menyakiti tentara yang bersenjata lengkap," kata pemimpin gereja Yerusalem di media sosial X, seperti dikutip Aljazirah, Sabtu (2/3/2024).

Baca Juga

"Ia kemudian menyerang pengiriman bantuan ke Gaza, dan mengisyaratkan bahwa bantuan tersebut harus dihentikan. Keinginan tersebut telah menjadi kenyataan pahit bagi setengah juta orang yang tersisa di Kota Gaza, di mana pengiriman bantuan hampir terhenti karena pembatasan masuk yang ketat dan kurangnya pengawalan keamanan untuk konvoi pengiriman,” kata mereka dalam pernyataannya.

Sebelumnya Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan sangat terganggu dengan gambar-gambar dari Gaza dan semua upaya harus dilakukan untuk menyelidiki apa yang terjadi dan memastikan transparansi. Di media sosial X, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengecam peristiwa itu sebagai "pembantaian."

Menteri Luar Negeri Spanyol, Italia, Belgia, dan Portugal juga mengecam kematian para pencari bantuan di Gaza. Pendukung setia Israel, Jerman meminta penjelasan dari Israel. "Orang-orang ingin pasokan bantuan untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka dan mereka tewas," kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, di media sosial X.

"Laporan dari Gaza mengejutkan saya. Tentara Israel harus menjelaskan dengan lengkap bagaimana kepanikan massal dan penembakan bisa terjadi," tambahnya.

Sementara itu di Amerika Selatan, Presiden Kolombia Gustavo Petro menangguhkan pembelian senjata dari Israel, pemasok utama pasukan keamanan negaranya. Ia mengatakan tindakan Israel merupakan "genosida" pada rakyat Palestina.

"Meminta makanan, lebih dari 100 orang Palestina dibunuh (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu. Ini disebut genosida dan mengingatkan pada Holocaust, dunia harus memblokir Netanyahu," kata Petro.

Brasil juga mengecam pembunuhan massal itu dengan mengatakan operasi militer Israel tidak memiliki batasan "etika atau hukum." Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel di Gaza sudah menewaskan 30.228 orang. Lembaga-lembaga PBB memperingatkan resiko "kelaparan" di jalur itu bila bantuan tidak segera masuk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement