REPUBLIKA.CO.ID, LONDON— Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Sabtu menyampaikan keprihatinan atas dugaan pengeboman oleh Israel terhadap tenda-tenda yang menaungi warga sipil di Rafah, Jalur Gaza selatan yang menyebabkan korban jiwa.
"Laporan menyatakan bahwa tenda-tenda yang menaungi warga di Rafah dibom - dilaporkan menewaskan 11 orang dan melukai 50 lainnya, termasuk anak-anak - sungguh keterlaluan dan tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus pada platform X.
"DI antara mereka yang gugur adalah petugas kesehatan. Petugas kesehatan dan warga sipil #BukanTarget, dan harus dilindungi kapanpun," kata dia, mendesak Israel untuk melakukan gencatan senjata.
Di lokasi terpisah, pada Kamis (29/2/2024), pihak berwenang kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel menembaki orang-orang yang sedang menunggu bantuan di Kota Gaza. Serangan itu menewaskan 70 orang dan melukai 280 lainnya, salah satu rumah sakit mengatakan mereka menerima 10 jenazah dan lusinan pasien terluka.
Juru bicara militer Israel mengatakan mereka tidak mengetahui adanya penembakan di lokasi tersebut. Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra mengatakan insiden tersebut terjadi di bundaran al-Nabulsi di barat Kota Gaza.
Qidra mengatakan tim medis di Rumah Sakit al-Shifa kewalahan menghadapi jumlah dan keparahan luka dari puluhan orang yang terluka. Kepala Rumah Sakit Kamal Adwan di Kota Gaza, Hussam Abu Safieyah mengatakan ia menerima 10 jenazah dan lusinan korban luka dari insiden ini.
"Kami tidak tahu berapa banyak yang ada di rumah sakit lain," kata Safieyah dalam sambungan telepon, Kamis (29/2/2024).
Dalam pernyataannya Hamas mengatakan insiden itu dapat menggagalkan perundingan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera. Israel mulai menyerang Gaza dari udara, darat dan udara sebagai balasan serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.
Jumlah kematian di Jalur Gaza sejak meningkatnya konflik Hamas-Israel telah melampaui 30 ribu jiwa, dengan mayoritas dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Kamis (29/2/2024) .
“Korban tewas di Gaza telah melampaui 30 ribu orang – sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak,” tulis Tedros dalam platform X.
Kementerian Kesehatan Palestina juga mengatakan bahwa 70.215 warga Palestina lainnya menderita luka-luka dalam periode yang sama.
Dalam 24 jam terakhir, militer Israel melakukan 11 aksi pembantaian di Jalur Gaza sehingga menyebabkan 96 orang gugur dan 172 lainnya luka-luka.
"Ada banyak orang yang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan, sementara tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka," kata kementerian tersebut.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober, yang diyakini telah menyebabkan hampir 1.200 warga Israel tewas.
Sekitar 85 persen warga Gaza telah mengungsi akibat agresi Israel tersebut dan seluruh warga Palestina di sana menderita kerawanan pangan, menurut PBB.
Ratusan ribu orang tidak punya tempat berlindung, sementara jumlah truk bantuan yang memasuki wilayah tersebut berkurang hingga kurang dari separuhnya jika dibandingkan dengan sebelum konflik.
Setidaknya 30.320 orang terbunuh dan 71.533 terluka dalam serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut. Sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan awal yang dilakukan kelompok Palestina Hamas.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Lewat putusan sementara pada Januari, mahkamah itu memerintahkan Israel untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil tindakan untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat disalurkan kepada warga sipil di Gaza.