REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Menjelang perundingan gencatan senjata perang Israel di Gaza yang digelar di Kairo, Mesir, di sebuah kamar jenazah di rumah sakit Rafah, seorang perempuan menangis dan meratap di samping jenazah-jenazah keluarga Abu Anza.
Sebanyak 14 orang tewas dalam serangan udara di Rafah pada Sabtu (2/3/2024) malam. Para kerabat membuka kantong jenazah keluarga itu, mengecup kening seorang anak perempuan yang memakai kaos dan piyama merah muda bergambar unicorn.
Jenazah-jenazah itu kemudian dibawa ke pemakaman dan dikuburkan termasuk dua bayi kembar laki-laki dan perempuan. Mereka diturunkan dengan kain kafan dan dibaringkan di tanah. "Hati saya hilang," kata ibu mereka Rania Abu Anza yang juga kehilangan suaminya dalam serangan itu, Ahad (3/3/2024).
"Saya belum lama bersama mereka," tambahnya. Warga setempat mengatakan terjadi pengeboman besar-besar di Khan Younis, selatan Kota Gaza, sebelah utara Rafah. Sementara situasi di utara Gaza yang tidak lagi mendapat saluran bantuan semakin memburuk.
Pihak berwenang kesehatan Gaza mengatakan sudah 15 anak meninggal dunia akibat di malnutrisi dan dehidrasi di dalam Rumah Sakit Adwa yang tidak memiliki listrik untuk unit gawat darurat. Staf rumah sakit mengkhawatirkan nyawa enam anak lainnya.
Washington menjatuhkan 38 ribu makanan dari pesawat militer di Gaza pada Sabtu (1/3/2024). Meski lembaga-lembaga kemanusiaan mengatakan langkah tersebut hanya tidak banyak berdampak pada ratusan ribu orang yang membutuhkan makanan.
Pekan lalu 118 orang di Gaza utara yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan tewas ditembak pasukan Israel. Hamas menyebutnya pembantaian, sementara Israel mengatakan sebagian besar korban tewas karena terinjak-injak.
Dalam laporan terbaru dalam serangan ke bantuan, pihak berwenang Gaza mengatakan delapan orang tewas saat truk yang membawa bantuan makanan dari Kuwait ditembak serangan udara. Israel belum memberikan komentar mengenai laporan tersebut.