REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Perwakilan Khusus Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein mengatakan gencatan senjata di Gaza tidak berarti otomatis mengakhiri pertempuran di perbatasan selatan Lebanon. Ia memperingatkan risiko eskalasi konflik.
Hochstein berkunjung ke Beirut sebagai bagian dari upaya diplomatik untuk mengakhiri baku tembak antara Hizbullah dan Israel yang terjadi bersamaan dengan perang Gaza. "Eskalasi kekerasan bukan kepentingan siapa pun, dan tidak ada hal yang namanya perang terbatas," kata Hochstein usai bertemu ketua parlemen Lebanon Nabih Berri yang dekat dengan Hizbullah, Senin (4/3/2024).
Hochstein mengatakan dalam beberapa pekan terakhir gesekan di perbatasan telah meningkat. "Gencatan senjata sementara tidaklah cukup. Perang yang terbatas tidak dapat dibendung," katanya.
Wakil ketua parlemen Lebanon Elias Bou Saab mengatakan ia percaya waktu kunjungan Hochstein menandakan kemajuan dalam upaya gencatan senjata di Gaza. Hizbullah secara terbuka mengindikasikan mereka akan menghentikan serangannya terhadap Israel jika serangan Israel di Jalur Gaza berhenti, kecuali jika Israel terus menggempur Lebanon.
Namun Hochstein mengatakan gencatan senjata di Gaza tidak akan secara otomatis memicu ketenangan di Lebanon selatan dan mengatakan ia "berharap" akan adanya solusi diplomatik untuk konflik di perbatasan tersebut. "Tidak serta merta terjadi bahwa ketika Anda memiliki gencatan senjata di Gaza, hal itu secara otomatis meluas ke Lebanon," katanya.
Sementara itu Aljazirah melaporkan, Hizbullah mengklaim mereka menghantam "badan mata-mata Israel di situs Ruweisat al-Alam di daerah pendudukan perbukitan Kfar Shuba dengan senjata yang tepat." Dalam pernyataanya di Telegram, kelompok yang berbasis di Lebanon itu mengatakan serangan yang merupakan "dukungan tak tergoyahkan pada Jalur Gaza" dilakukan pada pukul 15.20 waktu setempat. Peta yang dilampirkan dalam unggahan itu menunjukkan target yang ditandai dengan lingkaran merah.