Kamis 07 Mar 2024 05:15 WIB

Perundingan Gencatan Senjata Gaza Alami Kebuntuan

Sementara krisis kemanusiaan di Gaza semakin dalam.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Pasukan Israel di Gaza.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Pasukan Israel di Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO -- Perundingan gencatan senjata dan pertukaran sandera antara Israel dan Hamas mengalami jalan buntu. Sementara krisis kemanusiaan di Gaza semakin dalam. Negosiator dari Hamas, Qatar dan Mesir mencoba mengamankan gencatan senjata selama 40 hari sebelum bulan suci Ramadhan yang dimulai awal pekan depan.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Hamas untuk menerima penawaran dalam perundingan. Ia mengklaim Israel kooperatif dan sudah ada "tawaran rasional" dalam gencatan senjata dalam pertukaran pembebasan sandera.

Baca Juga

"Kini kesepakatan ada di tangan Hamas," kata Biden, Selasa(5/3/2024).

Ia memperingatkan "sangat berbahaya" pertempuran berlanjut sampai Ramadhan. Israel tidak menghadiri perundingan yang digelar di Kairo, Mesir. Sementara Hamas berjanji untuk terus berpartisipasi dalam perundingan tersebut.

Namun pejabat Hamas menegaskan sebelum para sandera dapat dibebas gencatan senjata sudah harus dilakukan, pasukan Israel harus meninggalkan Gaza dan semua warga Gaza yang terpaksa mengungsi dapat kembali pulang ke rumahnya.

"Kami menunjukkan fleksibilitas yang diperlukan untuk mencapai penghentian agresi yang komprehensif terhadap rakyat kami, tetapi penjajah masih menghindari hak-hak dari perjanjian ini," kata Hamas dalam pernyataannya.

Sebelumnya sumber mengatakan Israel menjauh dari perundingan Kairo karena Hamas menolak untuk memberikan daftar sandera yang masih hidup. Hamas mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan tanpa gencatan senjata karena para sandera tersebar di seluruh zona perang.

Pasukan Israel, yang memulai serangan mereka di Gaza setelah serangan mendadak Hamas ke Israel pada 7 Oktober, terus membombardir daerah kantong Palestina itu sejak pembicaraan di Kairo dimulai pada hari (3/3/2024), dan situasi kemanusiaan yang mengerikan di daerah padat penduduk itu semakin memburuk.

"Setiap hari kami kehilangan puluhan syahid. Kami ingin gencatan senjata sekarang," kata Shaban Abdel-Raouf, seorang teknisi listrik Palestina dan ayah lima anak dari Kota Gaza, yang sekarang berada di kota selatan Khan Younis.

Para pejabat kesehatan di Gaza mengatakan jumlah korban tewas dalam serangan Israel kini telah melampaui 30.700 orang.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan dalam 24 jam terakhir korban tewas bertambah 86 orang dan para saksi mata mengatakan pemboman Israel terus berlanjut di beberapa bagian Khan Younis, kota Rafah di selatan dan beberapa daerah di Gaza tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement