Selasa 12 Mar 2024 00:12 WIB

Netanyahu Tolak Kemungkinan Pembentukan Negara Palestina

Netanyahu mengklaim pernyataannya menolak negara Palestina didukung warga Israel.

Benjamin Netanyahu.
Foto: EPA-EFE/RONEN ZVULUN
Benjamin Netanyahu.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, bahwa dia menolak kemungkinan pembentukan negara Palestina. Hal itu ditegaskan oleh Netanyahu dalam wawancaranya kepada media Politico.

"Posisi yang saya sampaikan didukung oleh mayoritas warga Israel yang mengatakan kepada Anda setelah 7 Oktober: 'Kami tidak ingin melihat negara Palestina'," kata Netanyahu.

Baca Juga

Selain itu, Perdana Menteri Israel mengatakan bahwa Israel harus memiliki kendali penuh atas seluruh wilayah Palestina yang berada di sebelah barat Sungai Yordan. Diketahui, Palestina mencari pengakuan diplomatik atas negara merdeka mereka di wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, yang sebagian diduduki oleh Israel, dan Jalur Gaza.

Pemerintah Israel menolak mengakui Palestina sebagai entitas politik dan diplomatik yang independen. Negara Zionis itu juga membangun permukiman di wilayah pendudukan meskipun ada suara keberatan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Korban tewas

Warga Palestina yang meninggal akibat serangan mematikan Israel terhadap Jalur Gaza sejak 7 Oktober kini bertambah menjadi 31.112 orang, demikian konfirmasi sumber medis pada Senin (11/3/2024). Menurut mereka, sedikitnya 72.760 orang lainnya juga terluka dalam serangan yang intens tersebut.

“Sedikitnya 67 orang terbunuh dan 106 orang lainnya terluka akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir,” katanya.

Sumber medis menambahkan bahwa banyak korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka.

Sebanyak 72 persen korbannya adalah perempuan dan anak-anak, sementara jumlah korban meninggal akibat malnutrisi dan kelaparan naik menjadi 25 orang, katanya.

photo
Kejahatan Israel Serang Konvoi Bantuan - (Republika)

 

sumber : Antara, Sputnik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement