Selasa 12 Mar 2024 20:40 WIB

Serangan Koalisi AS-Inggris Menewaskan 11 Orang di Yaman

Al Masirah melaporkan setidaknya terjadi 17 serangan udara ke Yaman.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Anggota suku yang setia kepada Houthi menginjak bendera AS dan Israel selama protes anti-AS dan anti-Israel, di pinggiran Sanaa, Yaman, 25 Januari 2024.
Foto: EPA-EFE/YAHYA ARHAB
Anggota suku yang setia kepada Houthi menginjak bendera AS dan Israel selama protes anti-AS dan anti-Israel, di pinggiran Sanaa, Yaman, 25 Januari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Juru bicara Pemerintah Yaman yang diakui internasional mengatakan serangan udara yang dikaitkan koalisi Amerika Serikat (AS)-Inggris menghantam kota-kota pelabuhan dan kota kecil di barat negara itu. Serangan tersebut menewaskan 11 orang dan melukai 14 lainnya.

Pada Selasa (12/3/2024) stasiun televisi Houthi, Al Masirah melaporkan setidaknya terjadi 17 serangan udara termasuk ke kota pelabuhan penting Hodeidah dan Pelabuhan Ras Issa.

Baca Juga

Serangan ini digelar beberapa hari setelah korban jiwa pertama dan kapal tenggelam dalam serangan-serangan Houthi di jalur perdagangan dunia, Laut Merah. Houthi yang didukung Iran itu mengatakan serangan yang dimulai November lalu sebagai solidaritas pada rakyat Palestina di Gaza.

Walaupun AS dan Inggris sudah membalas serangan-serangan itu dengan serangan udara ke fasilitas-fasilitas Houthi di Yaman. Namun kelompok tersebut meningkatkan serangan mereka ke kapal-kapal komersial yang berlayar di jalur perdagangan paling sibuk di dunia.

Pada Rabu (6/3/2024) lalu serangan Houthi menewaskan tiga awak kapal berbendera Barbados dan dioperasi Yunani, True Confidence dalam serangan di pesisir pelabuhan Aden. Beberapa hari sebelumnya kapal kargo Rubymar tenggelam dua pekan setelah mencari target serangan Houthi pada 18 Februari.

Kini banyak kapal yang mengambil jalur lebih panjang dan lebih mahal di sekitar Tanjung Harapan Afrika untuk menghindari rute berbahaya melalui Teluk Aden dan Laut Merah menuju Terusan Suez. Perubahan jalur ini menaikan biaya pengiriman secara drastis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement