REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat pada Jumat waktu setempat (15/3/2024) mengatakan sedang bekerja secara intensif dengan Tel Aviv, Qatar dan Mesir. Kerja sama untuk menjembatani perselisihan yang tersisa guna mencapai gencatan senjata sementara dan perjanjian tentang sandera antara Israel dan Hamas.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallengerg di Wina, mengatakan telah memastikan bahwa Hamas sudah mengajukan usulan untuk gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan meskipun dia menolak memberikan rincian.
"Kami sedang melakukan pembicaraan saat ini. Saya yakin pembicaraan tersebut akan terus berlanjut dalam beberapa hari mendatang,” katanya.
Blinken mengatakan Israel telah mengirimkan kembali tim negosiasi untuk melanjutkan pembicaraan. Hal ini mencerminkan kemungkinan dan urgensi untuk mencapai kesepakatan yang akan memungkinkan masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Hamas mengatakan pendiriannya mencakup gencatan senjata di Gaza, pengiriman bantuan, pemulangan warga Palestina yang terlantar ke rumah mereka, dan penarikan tentara Israel dari Jalur Gaza. Ia menambahkan bahwa hal itu juga mencakup kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel.
Sementara itu, Israel pada Jumat menyetujui rencana serangan darat ke Rafah di Jalur Gaza selatan. Di sana lebih dari 1,4 juta warga Palestina bernaung.
"Perdana Menteri Israel Netanyahu menyetujui rencana operasi militer di Rafah, dan militer secara operasional mempersiapkannya serta untuk evakuasi warga,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan tanpa memberikan rincian.
Menanggapi rencana tersebut, Blinken mengatakan AS belum melihat rencana itu. AS berulangkali mengatakan pihaknya tidak mendukung operasi di Rafah tanpa sebuah rencana bantuan kemanusiaan yang kredibel dan dapat diterapkan.