Rabu 20 Mar 2024 07:21 WIB

Jerman Mendakwa Perwira Militer yang Menjadi Mata-Mata Rusia

Kejaksaan tidak mengungkapkan jenis informasi yang Thomas H coba serahkan ke Moskow.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pemandangan Gigafactory Tesla Berlin-Brandenburg, pabrik mobil listrik di Gruenheide, Jerman 18 Juli 2023. Tesla akan menghentikan sementara pabriknya di Berlin.
Foto: REUTERS
Pemandangan Gigafactory Tesla Berlin-Brandenburg, pabrik mobil listrik di Gruenheide, Jerman 18 Juli 2023. Tesla akan menghentikan sementara pabriknya di Berlin.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jaksa Jerman mendakwa seorang perwira militer yang bertugas di badan pengadaan yang mencoba mengirimkan informasi rahasia ke intelijen Rusia. Dalam pernyataannya Selasa (19/3/2024) jaksa hanya mengatakan pria berwarga negara Jerman itu sudah ditahan sejak Agustus tahun lalu.

Kejaksaan Jerman hanya mengidentifikasinya sebagai Thomas H. Ia dituduh berulang kali mendekati kantor konsulat Rusia di Bonn dan Kedutaan Besar Rusia di Berlin sejak Mei tahun lalu atas inisiatifnya sendiri untuk menawarkan kerja sama.

Baca Juga

Pihak berwenang memperingatkan Jerman, yang merupakan salah satu penyedia perangkat militer ke Ukraina, telah menjadi target operasi mata-mata Rusia. Hal ini karena, pengiriman senjata dan perangkat militer Jerman ke Ukraina meningkat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu 2022.

Kantor kejaksaan federal Jerman mengatakan, dalam salah kesempatan Thomas H menyerahkan informasi yang didapatkan, selama ia menjalankan tugasnya dengan tujuan untuk menyerahkan ke badan intelijen Rusia.

Ia ditangkap di Koblenz, lembaga pengadaan yang terletak di barat Jerman. Rumah dan tempat kerjanya digeledah. Kejaksaan tidak mengungkapkan jenis informasi yang Thomas H coba serahkan ke Moskow.

Sebelumnya Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Oleksandr Syrskyi mengatakan pengembangan sistem pesawat tanpa awak atau drone merupakan untuk memberi Kiev keunggulan dibandingkan pasukan Rusia yang “lebih unggul” dalam jumlah. “Pengembangan penggunaan sistem tak berawak adalah prioritas saya,” kata Syrskyi di aplikasi kirim-pesan Telegram usai bertemu dengan wakilnya, Vadym Sukharevskyi.

“Kami mencari solusi asimetris untuk mendapatkan keunggulan kualitatif dibandingkan lawan yang lebih unggul secara numerik,” tambahnya. Meningkatnya penggunaan drone kedua belah pihak mengalihkan konflik dari medan perang ke saling menyerang infrastruktur militer, energi, dan transportasi masing-masing pihak. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement