Kamis 21 Mar 2024 11:06 WIB

EU: Gencatan Senjata Keputusan Krusial demi Hindari Kelaparan di Gaza

Sangat penting memprioritaskan bantuan kemanusiaan bisa masuk.

Peserta aksi memperlihatkan sejumlah poster dalam aksi bersama Seniman pantomim, Wanggi Hoed dalam aksi Solidaritas Seni untuk Palestina, di Monumen Solidaritas Asia Afrika, kawasan Alun-alun Kota Bandung, Rabu (13/3/2024). Dalam aksi yang bertajuk Menyeru Deru Gemuruh Menyala Jalan Bara ini, mengajak seluruh warga dunia untuk melawan kekerasan dan kebiadaban rezim Zionis Israel kepada Palestina, dimana tanggal 13 Maret menandai minggu kedua sejak terjadinya Flour Massacre atau pembantaian tepung yang menyebabkan warga Palestina kelaparan.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Peserta aksi memperlihatkan sejumlah poster dalam aksi bersama Seniman pantomim, Wanggi Hoed dalam aksi Solidaritas Seni untuk Palestina, di Monumen Solidaritas Asia Afrika, kawasan Alun-alun Kota Bandung, Rabu (13/3/2024). Dalam aksi yang bertajuk Menyeru Deru Gemuruh Menyala Jalan Bara ini, mengajak seluruh warga dunia untuk melawan kekerasan dan kebiadaban rezim Zionis Israel kepada Palestina, dimana tanggal 13 Maret menandai minggu kedua sejak terjadinya Flour Massacre atau pembantaian tepung yang menyebabkan warga Palestina kelaparan.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Rabu menekankan pentingnya gencatan senjata di Jalur Gaza ketika wilayah kantong Palestina itu terancam bencana kelaparan.

Dia mengatakan, kondisi di Gaza saat ini tidak bisa diterima, sehingga gencatan senjata sangat penting agar para sandera bisa dibebaskan dan bantuan kemanusiaan bisa masuk ke sana. "Semoga pembicaraan yang dipimpin Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir membawa hasil positif," kata dia dalam pernyataan bersama dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Brussels.

Baca Juga

"Uni Eropa sangat khawatir dengan risiko yang ditimbulkan oleh rencana serangan darat di Kota Rafah terhadap warga sipil yang mencari perlindungan di sana, kata von der Leyen. Operasi militer itu harus dihindari "dengan cara apa pun", katanya.

Pada awal Maret, Komisaris Tinggi HAM PBB Volker Turk mengatakan bahwa semua penduduk Gaza sedang menghadapi ancaman kelaparan dan hampir semua dari mereka terpaksa meminum air yang tercemar. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus saat itu mengatakan, 10 anak telah meninggal akibat kelaparan di Rumah Sakit Anak Kamal Adwan di Gaza utara.

Israel telah mempersiapkan operasi besar-besaran di Rafah, yang menurut militer Israel, menjadi tempat bagi sejumlah pasukan Hamas yang tersisa. PBB dan banyak negara telah menyatakan penentangannya terhadap rencana Israel itu karena saat ini lebih dari satu juta warga Palestina mengungsi di sana.

sumber : Antara, Sputnik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement