Senin 25 Mar 2024 07:31 WIB

Sebut RS Gudang Senjata, Israel Terus Bombardir Layanan Kesehatan

Hamas membantah menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Petugas kesehatan mempersiapkan bayi prematur untuk dipindahkan ke Mesir setelah mereka dievakuasi dari Gaza.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Petugas kesehatan mempersiapkan bayi prematur untuk dipindahkan ke Mesir setelah mereka dievakuasi dari Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Palang Merah Palestina mengatakan, pasukan Israel mengepung dua rumah sakit lagi. Mereka menembaki tim medis dengan senjata berat. Israel mengatakan pasukannya menangkap 480 orang yang mereka klaim sebagai milisi dalam penyerbuannya ke Rumah Sakit al-Shifa.

Pasukan Israel mengeklaim rumah sakit-rumah sakit di Gaza yang mereka bombardir selama lima bulan terakhir kerap digunakan sebagai benteng dan tempat menyimpan senjata Hamas. Hamas dan staf medis membantah tuduhan tersebut.

Baca Juga

Palang Merah Palestina mengatakan salah satunya staf tewas saat tank Israel tiba-tiba merangsek masuk ke area sekitar Rumah Sakit Al-Amal dan Nasser di Kota Khan Younis. Di tengah bombardir dan tembakan.

Palang Merah mengatakan kendaraan tempur pasukan Israel menutup Rumah Sakit Al-Amal dan menggelar operasi bulldozer besar-besaran di sekitarnya. "Semua tim kami dalam bahaya besar saat ini dan benar-benar tidak bisa bergerak," kata Palang Merah, Ahad (24/3/2024).

Palang Merah mengatakan kini pasukan Israel meminta seluruh staf, pasien dan pengungsi mengungsi dari Al-Amal. Pasukan Israel menembakkan bom asap ke area untuk memasak orang-orang di dalam rumah sakit itu keluar.

Palang Merah mengatakan seorang pengungsi Palestina tewas di dalam kompleks rumah sakit setelah kepalanya ditembak Israel. Militer Israel mengatakan pasukannya menembak infrastruktur di Khan Younis, yang digunakan sebagai sarang sejumlah milisi.

Hamas membantah menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer. Kelompok itu mengatakan Israel melakukan kejahatan perang terhadap target sipil.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan pasukan Israel menahan puluhan pasien dan staf medis di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza yang sudah dikepung selama satu pekan. Kantor media Gaza mengatakan pasukan Israel membunuh lima dokter Palestina selama penyerbuan di al-Shifa.

Militer Israel belum menanggapi permintaan komentar mengenai laporan tersebut. Sebelumnya mereka mengatakan sudah membunuh 170 orang di al-Shifa. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan penyerbuan itu juga menewaskan lima pasien.

Al-Shifa salah satu fasilitas kesehatan yang masih sebagian beroperasi di Gaza utara. Seperti fasilitas lain di seluruh Gaza, rumah sakit itu juga menampung pengungsi. Rumah sakit itu belum dapat diakses dan pernyataan kedua belah pihak belum dapat diverifikasi secara mandiri.

Warga Khan Younis mengatakan, pasukan Israel juga merangsek ke sekitar Rumah Sakit Nasser di barat Khan Younis dengan perlindungan serangan udara dan darat. Pihak berwenang kesehatan Gaza mengatakan tujuh orang tewas dalam serangan udara Israel di Rafah, kota paling ujung Jalur Gaza yang berbatasan dengan Mesir dan kini menampung lebih dari setengah populasi Gaza.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan darat dan udara Israel ke Gaza sudah membunuh 32.226 orang dan melukai 74.518 lainnya. Upaya gencatan senjata yang dimediasi Qatar dan Mesir serta didukung Amerika Serikat sejauh ini masih mengalami kegagalan.

Hamas ingin kesepakatan gencatan senjata mencakup komitmen Israel untuk mengakhiri perang dan menarik pasukannya dari Gaza. Israel menolak tuntutan itu dan mengatakan akan terus berperang sampai berhasil memberantas Hamas sebagai kekuatan politik dan militer.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk penumpukan bantuan yang ditujukan untuk Gaza di perbatasan Mesir. Guterres mengatakan satu-satunya cara yang efektif dan efisien untuk mengirimkan barang-barang berat untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan di Gaza adalah melalui jalan darat.

Amerika Serikat dan negara-negara lain berusaha untuk menggunakan pesawat dan kapal untuk mengirimkan bantuan, tetapi para pejabat bantuan PBB mengatakan pengiriman hanya dapat ditingkatkan melalui jalur darat. Menurut para pejabat PBB, Israel sengaja menghalangi bantuan. 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement