REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis bergabung dengan Amerika Serikat (AS) yang badan intelijennya mengatakan serangan ke gedung konser di pinggir Moskow dilakukan ISIS. Namun, Rusia masih belum menegaskan ISIS sebagai dalang serangan yang menewaskan 137 orang itu.
Dalam serangan paling mematikan di wilayah Rusia selama dua dekade, empat orang bersenjata menerobos masuk ke Crocus City Hall pada Jumat (22/3/2024) malam. Mereka menghujani orang-orang yang sedang menonton konser band rock, Picnic. Selain korban tewas, 182 orang lainnya terluka dalam serangan itu.
Pengadilan Rusia sudah mendakwa empat pelaku penyerangan dengan pasal terorisme. Mereka hadir terpisah di persidangan di Pengadilan distrik Basmanny. AS menegaskan, klaim ISIS sebagai pihak yang bertanggung jawab serangan di Moskow.
Kelompok itu juga memublikasikan rekaman video atas serangan tersebut. Pejabat AS mengatakan pada bulan ini mereka sudah memperingatkan intelijen Rusia mengenai kemungkinan serangan di wilayah Rusia. "Informasi yang tersedia pada kami, serta juga mitra utama kami, memang menunjukkan entitas ISIS yang melakukan serangan ini," kata Presiden Prancis, Emmanuel Macron, Senin (25/3/2024).
Ia merujuk kelompok di Afghanistan yang berafiliasi dengan ISIS yang dikenal sebagai ISIS-Khorasan atau ISIS-K. "Kelompok ini juga mencoba melakukan beberapa aksi di wilayah kami," kata Macron saat berkunjung ke Guyana Prancis.
Prancis pun kini menaikan siaga teror mereka ke tingkat tertinggi usai serangan di Moskow. Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin tidak menyinggung kelompok milisi mana pun dalam serangan ini. Tapi, ia mengatakan para pelaku mencoba melarikan diri ke Ukraina.
Putin mengatakan sejumlah orang "di sisi Ukraina" mempersiapkan agar para orang-orang bersenjata dapat menyeberangi perbatasan. Ukraina membantah terlibat dalam serangan itu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Putin mengalihkan kesalahan ke Ukraina.
Macron juga mengungkapkan hal serupa. "Saya pikir akan sangat sinis dan kontraproduktif bagi Rusia sendiri dan keamanan warganya untuk menggunakan konteks ini untuk mencoba dan memutarbalikkan keadaan melawan Ukraina," kata Macron.
Ia menambahkan, Prancis menawarkan kerja sama ke Rusia untuk membantu menemukan pelakunya. Sebelumnya juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mempertanyakan pernyataan AS, ISIS, yang pernah berusaha untuk menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah, berada di balik serangan tersebut.
Dalam artikel untuk surat kabar Komsomolskaya Pravda, ia mengatakan Amerika Serikat membangkitkan "hantu" ISIS untuk melindungi "wilayah kekuasaannya" di Kiev. Ia mengingatkan, para pembaca Washington mendukung para pejuang "mujahidin" yang memerangi pasukan Uni Soviet pada tahun 1980-an.
Pada Jumat lalu, dua pejabat AS mengatakan AS memiliki informasi intelijen yang mengkonfirmasi klaim ISIS bertanggung jawab atas serangan di Moskow. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia tidak dapat mengomentari klaim ISIS selama penyelidikan masih berlangsung. Ia juga tidak akan mengomentari intelijen AS, dengan mengatakan itu adalah informasi sensitif.