REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Stasiun televisi Amerika Serikat (AS) NBC News melaporkan Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memberitahu Gedung Putih, Israel ingin menjadwal ulang pertemuan mengenai rencana invasi militer ke Rafah. Dikutip dari Middle East Eye, Rabu (27/3/2024) laporan itu mengutip seorang pejabat AS.
Netanyahu membatalkan kunjungan delegasi Israel yang seharusnya membahas operasi serangan ke Rafah dengan Washington. Keputusan itu diambil usai AS abstain dalam resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Keputusan Israel ini juga dinilai merenggangkan hubungan pemerintahan Netanyahu dengan pemerintah Presiden AS Joe Biden. Keretakan hubungan dengan AS diperkirakan memicu perpecahan dalam koalisi di pemerintahan Netanyahu dan memperburuk ketidaksepakatan mengenai proposal untuk memasukan kelompok ultra-Ortodoks Yahudi wajib militer.
Pada Selasa (26/3/2024) media Israel melaporkan rapat kabinet untuk membahas rencana perubahan undang-undang wajib militer dibatalkan beberapa hari sebelum pemerintah harus mengajukan proposal itu ke Mahkamah Agung. Saat ditanya mengenai laporan itu staf Netanyahu mengatakan sesi rapat kabinet belum dijadwalkan.
Penundaan rapat ini terjadi satu hari setelah hubungan Netanyahu dengan pemerintah Biden memburuk usai Washington memutuskan tidak memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.
Masyarakat internasional menekan Israel untuk membatalkan rencananya untuk menyerang Rafah, kota paling selatan Jalur Gaza dan berbatasan dengan Mesir yang kini menampung lebih dari satu juta pengungsi dari daerah lain. Netanyahu membatalkan kunjungan delegasi ke Washington yang bertujuan membahas alternatif AS mengenai operasi itu.
Perlawanan terbuka pada Washington disambut baik mitra koalisi nasionalis-religius Netanyahu. Tapi, dikritik mantan Menteri Pertahanan Benny Gantz yang berhaluan moderat dan bergabung dengan kabinet perang tahun lalu. Gantz mengatakan delegasi Israel tetap harus berkunjung ke AS.
Meski angka dukungan terhadap Netanyahu menurun tapi survei menunjukan masyarakat Israel mendukung upaya pemerintah membasmi Hamas sebagai kekuatan militer di Gaza, hal ini memberinya motivasi untuk melawan Washington. Namun perpecahan di koalisinya menunjukkan semakin kuatnya tekanan internasional terhadap Israel.
Surat kabar Israel berhaluan konservatif, Hayom yang biasanya mendukung Netanyahu, turut mendukung keputusan untuk tidak mengirimkan delegasi ke AS. Tapi, mengatakan dukungan terbuka Biden merupakah hal yang paling dibutuhkan Israel ketika "legitimasi tindakannya terpecah dalam kecepatan yang menakutkan."