REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih pada Kamis dengan tegas membantah tudingan Rusia bahwa AS atau Ukraina berperan dalam serangan teror di gedung konser dekat Moskow, dan mengatakan mereka memberikan peringatan tertulis kepada Kremlin tentang kemungkinan serangan itu sebelumnya.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyebut klaim tersebut "omong kosong" dan "propaganda", serta mengatakan bahwa Rusia berusaha mengalihkan kesalahan ke "semua orang yang sesuai dengan narasi politik mereka."
Dia mengatakan selain peringatan publik pada 7 Maret oleh Kedutaan Besar AS di Moskow, yang "secara akurat mengidentifikasi ancaman teroris ke konser di Moskow," AS "mencoba membantu mencegah serangan teroris" dengan memberikan "informasi jelas dan rinci" kepada Kremlin melalui peringatan tertulis kepada Badan Keamanan Rusia.
"Kami memberikan informasi ini kepada Rusia karena AS sangat serius dalam memberikan peringatan. Kami tidak ingin melihat nyawa orang-orang tak berdosa hilang dalam serangan teroris, dan peringatan ini merupakan salah satu dari banyak hal yang disampaikan pemerintah AS ke Rusia sejak September 2023," kata Kirby.
"ISIS bertanggung jawab penuh atas serangan ini. AS akan terus waspada dan memperingatkan pemerintahan di seluruh dunia setiap kali kami mengetahui rencana teror, terlepas dari hubungan kita," katanya menambahkan, merujuk pada kelompok teror Daesh atau ISIS.
Sejumlah orang bersenjata pada Jumat melepaskan tembakan ke arah para penonton konser di Balai Kota Crocus dekat Moskow. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa 143 orang tewas, dan lebih dari 360 lainnya luka-luka.
Daesh atau ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Kremlin berusaha menyalahkan AS dan Ukraina atas serangan tersebut.
Kepala Badan Keamanan Federal (FSB) Alexander Bortnikov menuding AS, Inggris dan Ukraina berada di balik serangan pada pekan lalu tersebut.
"Saya dapat dengan pasti mengatakan ada alasan politik. Dan kelompok Islamis sendiri tidak dapat mempersiapkan tindakan seperti ini. Tentu, mereka dibantu. Dan kami melihat jejak Ukraina dalam serangan ini. Data primer yang kami terima dari para tahanan mengonfirmasi hal tersebut," katanya kepada wartawan.