REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kepala Kantor Federal untuk Keamanan Informasi (BSI) Jerman, Claudia Plattner, mengakui bahwa Jerman belum siap melawan ancaman keamanan siber saat ini. Hal tersebut sebagaimana dikutip Antara dari laporan Sputnik News pada Senin.
Plattner menilai pihak berwenang perlu bertindak sejak detik pertama untuk mencegah serangan siber terhadap infrastruktur penting. Pihak terkait disebutnya juga harus memiliki gambaran yang lebih besar mengenai situasi penyerangan siber.
“Jika perlu, tim krisis harus dibentuk dan kemampuan pemerintah federal serta otoritas negara bagian harus digabungkan. Kami belum siap untuk semuanya hari ini. Koordinasi seperti itu belum berhasil,” kata Kepala BSI itu.
Tak hanya itu. ia juga berpendapat bahwa pejabat yang berwenang tidak boleh dipaksa untuk menelepon satu sama lain berkali-kali untuk mengetahui apa yang terjadi dan di negara bagian mana serangan siber itu terjadi.
“Tidak ada struktur yang dapat menjamin kemampuan kita untuk mengoordinasikan tindakan kita dalam situasi krisis seperti ini,” ucapnya.
Pada 1 Maret, Margarita Simonyan, pemimpin redaksi grup media induk Sputnik, Rossiya Segodnya menerbitkan pembacaan percakapan antara empat perwira militer Jerman yang membahas potensi serangan terhadap Jembatan Krimea Rusia dengan rudal jarak jauh Taurus.
Pembicaraan yang berlangsung pada 19 Februari itu melibatkan Inspektur angkatan udara Jerman Ingo Gerhartz, Brigjen Frank Graefe, kepala departemen operasi dan latihan di komando angkatan udara di Berlin, dan dua pegawai pusat operasi udara Komando Luar Angkasa Bundeswehr.
Menanggapi laporan itu, Kanselir Jerman Olaf Scholz menjanjikan penyelidikan menyeluruh dan cepat atas bocoran percakapan tersebut.