REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejumlah tokoh komunitas Muslim di Amerika Serikat (AS) dan pendukung mereka berunjuk rasa dengan menggelar buka puasa mandiri di depan Gedung Putih demi menuntut gencatan senjata segera dan permanen di Jalur Gaza. Aksi tersebut mereka lakukan usai menolak undangan jamuan buka puasa dari Presiden Joe Biden yang telah menjadi tradisi tahunan Gedung Putih, Selasa (2/4/2024) sore waktu setempat.
"Saya pikir, sebagai bentuk solidaritas, kami akan tetap hadir di depan Gedung Putih, tempat mereka mengundang kami untuk jamuan Iftar, dan mengingatkan mereka apa yang kami tuntut," kata Robert McCaw, petinggi organisasi advokasi Islam di AS Council on American-Islamic Relations (CAIR).
"Mereka pun tahu apa yang kami minta. Kami mau gencatan senjata permanen sekarang juga. Kami mau transfer senjata AS ke Israel berakhir, dan kami mau bantuan kemanusiaan tersalurkan dengan lancar," kata McCaw.
Gedung Putih sebelumnya mengakui bahwa agenda yang direncanakan Selasa tersebut akan jauh lebih kecil dibanding perayaan Ramadhan dan Idul Fitri yang biasa mereka gelar beberapa tahun belakangan.
Mereka menyebut, pemimpin Muslim AS kali ini justru meminta waktu berdiskusi dengan Joe Biden dan petinggi negara AS untuk membahas isu-isu penting komunitas Muslim AS.
Juru Bicara Pemerintah AS Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa Presiden AS akan tetap mengadakan jamuan buka puasa untuk pejabat Muslim di pemerintahan AS setelah diskusi dengan pemimpin Muslim itu berlangsung.
Sementara itu, Mohamad Habbeh, pejabat organisasi American Muslims for Palestine menyebut, kurang dari 15 tokoh pemimpin Muslim AS mendapat undangan resmi untuk acara Gedung Putih itu.
Kemudian, salah satu tokoh Muslim yang hadir dalam acara tersebut justru memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerahkan surat protes kepada Biden.
"Memalukan sekali untuk seorang Presiden AS justru memilih menggelar acara rendahan seperti itu daripada menjawab tuntutan komunitas kami dan menghargai nyawa rakyat Palestina sebagaimana pantasnya," kata Habbeh.
Serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menyebabkan 32.916 warga Palestina tewas dan mencederai lebih dari 75.000 lainnya.
Selain itu, Israel juga melakukan blokade total terhadap Jalur Gaza yang berpotensi menimbulkan bencana kelaparan bagi warga Palestina, khususnya yang bertahan di Gaza utara.
Agresi Israel yang terus berlanjut dan kerusakan infrastruktur yang luas di Jalur Gaza semakin menegaskan pentingnya memastikan kelancaran pengantaran bantuan kemanusiaan internasional bagi rakyat Palestina.