Rabu 03 Apr 2024 23:11 WIB

Malaysia Kutuk Serangan Israel yang Menewaskan Pekerja Organisasi WCK di Gaza

Sebanyak tujuh pekerja WCK meninggal dunia akibat serangan udara Israel.

Asap mengepul menyusul serangan udara Israel selama operasi (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Asap mengepul menyusul serangan udara Israel selama operasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia mengutuk serangan udara oleh Israel yang menyebabkan kematian tujuh pekerja bantuan dari Organisasi World Central Kitchen (WCK) di Gaza, Palestina, pada Selasa (2/4/2024).

Kementerian Luar Negeri Malaysia (Wisma Putra) dalam pernyataan media dikeluarkan di Putrajaya, Rabu, mengatakan Malaysia memperhatikan dan turut berduka cita apabila WCK menangguhkan operasinya yang disebabkan oleh insiden tragis itu.

Baca Juga

Penangguhan operasi WCK, menurut pernyataan itu, akan menghalangi usaha pemberian bantuan cepat, menambah kesengsaraan rakyat Palestina yang sedang bergulat dengan kelaparan dan penyebaran penyakit.

Serangan yang disengaja di bangunan Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, baru-baru ini serta serangan atas WCK sangat mengkhawatirkan. Rezim Israel harus mematuhi Resolusi 2728 untuk memastikan perlindungan dan bantuan sampai kepada rakyat Palestina.

Pernyataan itu juga menegaskan bahwa rakyat Palestina berhak mendapat dukungan teguh dan bantuan dari masyarakat internasional, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk berusaha secara kolektif mencari penyelesaian yang damai dan berkelanjutan terhadap krisis berkepanjangan di Gaza.

Sebanyak tiga warga negara Inggris, seorang warga Polandia, seorang warga Australia, seorang Palestina dan seorang yang memiliki dua kewarganegaraan Kanada dan Amerika Serikat, menjadi korban serangan itu.

Malaysia mengucapkan takziah kepada keluarga korban, pemimpin pemerintahan negara-negara yang berduka atas kehilangan warga negara dalam serangan yang tidak berperikemanusiaan itu.

Wisma Putra juga menegaskan bahwa Malaysia tetapi dengan dukungannya tidak berbelah terhadap perjuangan Palestina dalam mendapatkan kembali hak-hak mereka untuk berdiri sendiri, membangun Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat berdasarkan perbatasan pra-1967, dengan Baitul Maqdis Timur sebagai ibu kota negara Palestina dan diterima sebagai anggota penuh PBB.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement