Jumat 05 Apr 2024 12:15 WIB

Gedung Putih: AS Makin Frustrasi dengan Israel

AS menilai hasil di lapangan tidak dapat diterima.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Foto kombinasi ini menunjukkan Presiden Joe Biden, kiri, pada 8 Maret 2024, di Wallingford, Pa., dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023.
Foto: AP
Foto kombinasi ini menunjukkan Presiden Joe Biden, kiri, pada 8 Maret 2024, di Wallingford, Pa., dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, 28 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih mengatakan, panggilan telepon Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mencerminkan "rasa frustrasi" AS. Hal ini karena Israel mengabaikan tuntutan AS untuk melindungi warga sipil dalam perangnya di Gaza.

"Ya, rasa frustrasi semakin tumbuh," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby saat ditanya, apakah panggilan telepon itu mencerminkan rasa frustrasi Biden, Kamis (4/4/2024). Namun, ia menambahkan dukungan AS pada "Israel untuk membela diri masih kuat."

Baca Juga

"Mereka menghadapi ancaman, dan Amerika Serikat tidak akan berjalan menjauh," tambahnya. Pernyataan yang dirilis Gedung Putih mengenai panggilan telepon Biden dan Netanyahu lebih keras dibandingkan yang biasanya. Aljazirah mengatakan bahasa yang digunakan Biden dalam panggilan telepon itu paling keras sejak Israel menyerang Gaza.

Aljazirah melaporkan Biden semakin frustrasi karena Israel tidak mengindahkan seruannya.  "Biden menegaskan Israel harus mengumumkan langkah-langkah spesifik, konkret dan dapat dilakukan untuk melindungi warga sipil, meringankan penderitaan dan melindungi pekerja kemanusiaan," kata Gedung Putih dalam pernyataan mengenai sambungan telepon tersebut. 

Ia juga menegaskan, kebijakan AS terkait Gaza akan ditentukan penilaian atas tindakan segera Israel terhadap langkah-langkah tersebut. Dengan kata lain, terlepas dari semua langkah yang diambil Israel untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, AS menilai hasil di lapangan tidak dapat diterima.

Amerika menilaiM 100 persen penduduk Gaza membutuhkan bantuan dan bahkan ketika para pekerja bantuan berusaha membantu dan mendapatkan bantuan tersebut, mereka justru kehilangan nyawa. Sebelumnya Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken meminta Israel, sebagai negara demokrasi, untuk menempatkan nilai tertinggi pada nyawa manusia dan menambah aliran bantuan ke Gaza.

Ia menambahkan "serangan mengerikan" terhadap para pekerja World Central Kitchen di Gaza pekan ini haruslah menjadi insiden terakhir. "Saat ini, tidak ada prioritas yang lebih tinggi di Gaza selain melindungi warga sipil, meningkatkan bantuan kemanusiaan, dan memastikan keamanan bagi mereka yang memberikannya. Israel harus memenuhi momen ini," kata Blinken dalam konferensi pers di Brussels.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement