REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Militer China menyatakan akan melakukan patroli laut dan udara di Laut China Selatan. Hal itu merespons niatan Amerika Serikat (AS) bersama Filipina, Jepang, dan Australia, yang akan mengadakan latihan angkatan laut gabungan di lokasi tersebut.
Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat China mengatakan, unit udara dan angkatan laut di bawah komandonya akan melakukan "patroli tempur gabungan." Pernyataan tersebut menggarisbawahi bahwa "kegiatan militer yang bertujuan untuk menyabotase situasi di kawasan dan menciptakan titik krisis, telah terkendali," tanpa menyebut AS dan negara lain.
Baca: Beijing Minta Manila tak Provokasi Terkait Ren'ai Jiao di Laut China Selatan
Dalam pernyataan yang dirilis pada akhir pekan kemarin, menteri pertahanan empat negara mengumumkan, mereka akan melakukan latihan gabungan di Laut China Selatan. Langkah itu untuk "menjunjung hak atas kebebasan navigasi dan penerbangan serta menghormati hak maritim berdasarkan hukum internasional."
Pernyataan itu menyebutkan latihan akan dilakukan di area yang dikenal dengan Laut Filipina Barat, penetapan resmi oleh Pemerintah Filipina terhadap bagian Laut China Selatan yang termasuk dalam zona ekonomi eksklusif negara tersebut. Laut Filipina Barat menjadi sengketa kedaulatan antara China dengan Filipina.
Baca: Militer China Gelar Simulasi Serang Istana Kepresidenan Taiwan
Ketegangan di kawasan itu meningkat belakangan ini. Sehingga, hal itu sempat berujung pada bentrokan antara kapal penjaga pantai antara China dan Filipina di wilayah yang disengketakan.