REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China berharap siapa pun pemenang pemilu legislatif di Korea Selatan tetap menjaga stabilitas hubungan kedua negara. "Pemilihan parlemen adalah urusan dalam negeri Korea Selatan. Kami tidak punya komentar mengenai hal itu," kata kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Kamis (11/4/2024).
Hasil sementara Pemilu Korea Selatan pada Rabu (10/4/2024) menunjukkan kemenangan ada di tangan partai-partai oposisi.
"China dan Korea Selatan adalah tetangga dan mitra kerja sama yang penting bagi satu sama lain. Hubungan bilateral yang sehat dan stabil akan bermanfaat bagi kepentingan China dan Korea Selatan," tambah Mao Ning.
China, kata Mao Ning, berharap Korea Selatan akan bekerja sama secara aktif untuk mencapai tujuan tersebut. Total ada 300 kursi parlemen yang menunggu untuk diisi. Sebanyak 254 kursi dipilih lewat pemilu langsung dan 46 kursi dipilih oleh partai sesuai dengan proporsi suara mereka.
Menurut hasil rekapitulasi komisi pemilihan umum, Partai Demokrat mengamankan 175 dari 300 kursi atau mayoritas mutlak di parlemen sedangkan Partai Kekuatan Rakyat (PPP) yang saat ini memegang pemerintahan dan partai koalisinya hanya menguasai 108 kursi.
Tingkat partisipasi diberitakan sebesar 67 persen atau tertinggi dalam sejarah 32 tahun pemilihan umum di Korea Selatan.
Pemilu kali ini dipandang oleh beberapa analis sebagai sikap publik terhadap pemerintahan Presiden Yoon Suk-yeol yang popularitasnya merosot di tengah krisis biaya hidup dan maraknya skandal politik.