Rabu 17 Apr 2024 12:45 WIB

Satu Dekade Berlalu, Keluarga Korban Sewol Masih Mencari Jawaban 

Pada 16 April 2014 pagi, Sewol tenggelam bersama 476 penumpang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Keluarga korban kapal Sewol yang tenggelam di Laut Jindo sesaat sebelum melakukan long march ke istana presiden untuk memprotes tim penyelamat pemerintah yang dinilai lamban dalam mengevakuasi korban, Ahad (20/4).
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Keluarga korban kapal Sewol yang tenggelam di Laut Jindo sesaat sebelum melakukan long march ke istana presiden untuk memprotes tim penyelamat pemerintah yang dinilai lamban dalam mengevakuasi korban, Ahad (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, ANSAN -- Korea Selatan (Korsel) mengenang 304 orang yang sebagian besar anak sekolah, yang tewas dalam insiden tenggelamnya kapal feri Sewol di peringatan 10 tahun peristiwa itu. Para keluarga korban menuntut permintaan maaf yang benar atas kematian anggota keluarga mereka.

Banyak orang tua yang kehilangan anak-anaknya yang menghadiri peringatan di Kota Ansan, rumah dari 250 anak yang meninggal saat hendak bertamasya itu. Sementara 37 anggota keluarga lainnya naik ke atas Kapal Penjaga Pantai yang berlayar ke lokasi kejadian yang ditandai dengan pelampung dan menggelar upacara di sana.

Baca Juga

"Setiap hari selama 10 tahun sangat menyakitkan, masa-masa yang tak tertanggungkan," kata Kim Jong-gi yang kehilangan putrinya Soo-jin, di upacara peringatan itu, Selasa (16/4/2024). Ia menambahkan orang-orang yang bertanggung jawab atas bencana tersebut belum dimintai pertanggung jawaban.

Pada 16 April 2014 pagi, Sewol tenggelam bersama 476 penumpang dan awak kapalnya. Sebanyak 304 orang tewas termasuk 250 siswa-siswi Sekolah Menengah Atas Danwon di Ansan. Peristiwa tenggelamnya kapal seberat 6.800 ton yang disiarkan di televisi itu mengguncang Korsel.

Ketidakpercayaan berubah menjadi kemarahan setelah kapten dan awak kapal meninggalkan kapal dan meminta anak-anak diam di kabin dan menunggu untuk diselamatkan. Tim penyelamat datang terlambat dan upaya penyelamatan sudah tidak lagi efektif ketika mereka tiba. Pejabat Penjaga Pantai pun telah disidang atas pengabaian tapi mereka ampuni.

Penyelidik menemukan struktur kapal dimodifikasi secara ilegal dan kelebihan muatan. Kecepatan dan beban muatan membuat kapal itu terbalik saat berbelok. Kapten kapal hukum dihukum penjara seumur hidup dan awak kapal lainnya juga dipenjara. Tidak ada orang lain yang diadili, permintaan keluarga korban selama satu dekade.

Presiden Yoon Suk Yeol menyampaikan duka cita atas insiden ini. "Semoga para korban beristirahat dengan tenang, dan saya menyampaikan duka cita mendalam pada keluarga yang ditinggalkan," katanya.

Peringatan diadakan di seluruh negeri, termasuk di pelabuhan Mokpo tempat puing-puing Sewol dipajang. Selama bertahun-tahun para orang tua menggelar drama teater untuk mengenang anak-anak mereka dan sebagai salah satu cara mengatasi duka.

Beberapa mengaitkan rasa sakit mereka dengan keluarga 159 korban tewas yang sebagian besar anak muda dalam tragedi malam Halloween dua tahun yang lalu. Beberapa orang tua masih mencari keadilan hingga kini. Sejumlah penyelidikan dan investigasi dilakukan terhadap insiden tersebut.

Tapi, keluarga korban mengatakan tidak satu pun memberikan jawaban yang mereka cari. "Permintaan kami sederhana. Menerima tanggung jawab, meminta maaf dan berjanji bencana seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi," kata Park Seung-ryul yang memimpin kelompok masyarakat sipil yang membantu keluarga korban mencari keadilan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement