REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Israel memutuskan membalas serangan drone dan rudal Iran akhir pekan lalu. Peringatan terbaru ini ia sampaikan saat berkunjung ke Israel.
"Sudah jelas Israel memutuskan untuk bertindak, kami berharap mereka melakukan dengan cara yang hanya sedikit meningkatkan eskalasi," kata Cameron di Yerusalem, Rabu (17/4/2024).
Pemimpin-pemimpin dunia mencoba mencegah konflik di Timur Tengah meluas setelah serangan pertama Iran ke wilayah Israel yang melibatkan ratusan drone dan rudal.
Serangan itu sebagai respons atas serangan Israel ke kantor konsulat Iran di Suriah yang menewaskan tujuh perwira termasuk dua jenderal Garda Revolusi pada 1 April lalu.
Serangan Israel ke Gaza yang kini memasuki bulan ketujuh membuka sejumlah front di Timur Tengah. Israel juga berhadapan dengan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Yaman, Suriah dan Irak. Para diplomat mencoba mencegah perang langsung antara Israel dan Iran.
Sebagian besar drone dan rudal yang ditembakan Iran pada Ahad (14/4/2024) lalu berhasil dihalau dan tidak menimbulkan korban jiwa dan hanya sedikit kerusakan materi. Namun Israel mengatakan mereka harus membalasnya untuk menjaga kredibilitas pertahanannya.
Iran mengatakan Teheran menganggap masalah serangan ke kantor konsulatnya sudah selesai. Tapi akan merespons semua serangan balasan Israel.
Sementara itu, Washington dan pemerintah negara Barat lainnya berharap sanksi ekonomi baru pada Iran dapat membantu mencegah Israel membatasi cakupan responnya. Cameron mengatakan Inggris ingin melihat sanksi terkoordinasi negara G7 pada Iran. Negara-negara demokrasi yang tergabung dalam G7 akan menggelar rapat pekan ini di Italia. "Mereka perlu memperi pesan jelas dan tegas dari G7," kata Cameron.
Israel diperkirakan akan membahas respon ke Iran dalam rapat 'kabinet perang' pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kabinet itu juga mencakup oposisi dari sayap moderat yang bergabung dengan pemerintah sebagai sikap persatuan usai serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu.