REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Organisasi berita nirlaba daring asal Amerika, The Intercept melaporkan para editor di New York Times mengirimkan arahan kepada para reporter yang meliput serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza. Mereka meminta jurnalis di lapangan membatasi penggunaan istilah-istilah tertentu.
Dikutip dari Aljazirah, Rabu (17/4/2024) berdasarkan salinan memo internal yang diperoleh The Intercept, istilah-istilah tersebut termasuk "genosida", "pembersihan etnis", dan "daerah pendudukan."
Memo tersebut dilaporkan juga menginstruksikan para jurnalis untuk tidak menggunakan kata Palestina "kecuali dalam kasus-kasus yang sangat langka" dan menjauhi penggunaan istilah "kamp-kamp pengungsian" untuk menggambarkan wilayah-wilayah tertentu di Gaza.
Menurut laporan tersebut, beberapa staf mengatakan kepada The Intercept beberapa isi memo tersebut "menunjukkan bukti keberpihakan koran tersebut kepada narasi Israel". Juru bicara New York Times, Charlie Stadtlander, mengatakan kepada The Intercept memo seperti itu adalah "praktik standar dan memberikan panduan "untuk memastikan akurasi, konsistensi, dan nuansa".
"Dalam semua liputan kami, termasuk peristiwa-peristiwa rumit seperti ini, kami berhati-hati untuk memastikan pilihan bahasa yang kami gunakan sensitif, aktual, dan jelas bagi para pembaca."
Sementara itu Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, jumlah warga Palestina yang tewas dalam perang serangan Israel di Jalur Gaza selama enam bulan telah mencapai 33.899 orang. Kementerian menambahkan 56 warga Palestina tewas dan 89 lainnya terluka dalam 24 jam terakhir.
Sedikitnya 76.664 orang kini terluka dalam serangan tanpa henti Israel. Di antara korban tewas terdapat lebih dari 14.520 anak-anak dan 10 ribu perempuan. Jumlah korban tewas kemungkinan jauh lebih tinggi dengan ribuan mayat yang terkubur di reruntuhan bangunan yang runtuh akibat serangan Israel.