REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran pada hari Kamis (18/4/2024) mengancam akan menyerang situs nuklir Israel dan mempertimbangkan kembali komitmennya terhadap perjanjian atom jika fasilitas nuklirnya dibom. Pemberitahuan ini sebagai upaya Iran mengantisipasi pembalasan terhadap serangan rudal dan drone yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel.
Komandan unit Korps Pengawal Revolusi Islam yang bertanggung jawab menjaga situs nuklir Iran, Brigjen Ahmad Haghtalab mengatakan fasilitas tersebut sepenuhnya aman. Namun dia memperingatkan bahwa fasilitas nuklir Israel telah diidentifikasi, dan Republik Islam telah mengakses data yang diperlukan mengenai semua target.
“Untuk menanggapi kemungkinan tindakan mereka, kami siap meluncurkan rudal yang kuat untuk menghancurkan target yang teridentifikasi,” ujar Brigjen Ahmad Haghtalab dilansir dari The National News pada Sabtu (20/4/2024). “Republik Islam akan menyerang situs nuklir rezim tersebut dengan menggunakan senjata canggih jika mereka mengambil tindakan terhadap fasilitas nuklir Iran,” tambahnya.
Iran telah mendeklarasikan 21 situs kepada Badan Energi Atom Internasional. Agensi juga telah memeriksa lokasi-lokasi yang diduga terdapat partikel uranium, termasuk partikel yang diperkaya lebih dari 80 persen atau mendekati tingkat yang umumnya diperlukan untuk senjata nuklir.
Teheran membantah pihaknya mencoba membuat senjata nuklir, namun telah meningkatkan kewaspadaan terhadap badan tersebut dengan menghalangi inspeksi dan gagal memperhitungkan jejak uranium di lokasi yang tidak diumumkan. Teheran tidak lagi mematuhi batasan pengayaan uranium, yang disetujui berdasarkan perjanjian tahun 2015 dengan negara-negara besar yang ditinggalkan AS pada tahun 2018.
Pada hari Rabu, Iran membantah hal ini sebagai sebuah masalah, meskipun Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah lama bersikeras bahwa Teheran tidak menjelaskan jejak uranium yang sangat diperkaya tersebut.
“Jika Israel berniat menggunakan ancaman serangan terhadap fasilitas nuklir kami sebagai cara untuk menekan Iran, maka meninjau kembali doktrin dan kebijakan nuklir Republik Islam saat ini dan menjauhkan diri dari pertimbangan masa lalu adalah hal yang mungkin dan bisa dilakukan,” ancam Haghtalab.
Berdasarkan kebijakan ambiguitas nuklirnya, Israel tidak membenarkan atau menyangkal kepemilikan senjata atom. Negara ini merupakan satu dari empat negara yang belum pernah bergabung dengan Perjanjian Non-Proliferasi, sebuah perjanjian internasional yang dimaksudkan untuk menghentikan penyebaran senjata nuklir.
Pada tahun 2021, fasilitas nuklir rahasia Israel di Dimona yang menjadi pusat program senjata atom negara itu menjalani proyek konstruksi terbesar dalam beberapa dekade.
Pada tahun yang sama, Iran melakukan simulasi serangan terhadap reaktor nuklir Dimona selama latihan militer ekstensif yang mencakup peluncuran beberapa rudal balistik. Kantor berita Fars, yang merupakan afiliasi dari Korps Garda Revolusi Islam Iran, menerbitkan sebuah video yang menunjukkan tiruan situs nuklir Israel sebagai target simulasi operasi.