Sabtu 20 Apr 2024 17:45 WIB

Menlu Mesir: Mesir, AS, dan Qatar Terus Upayakan Gencatan Senjata di Jalur Gaza

Mesir menekankan perlunya menyediakan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza.

Massa aksi mengepalkan tangan saat aksi solidaritas untuk Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia, Jakarta, Jumat (19/4/2024). Aksi yang digagas oleh para seniman yang mengatasnamakan Koalisi Musisi untuk Gaza dan KontraS tersebut untuk memberikan wadah bagi anak muda bersuara dan menuntut agar genosida di Palestina segera dihentikan.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Massa aksi mengepalkan tangan saat aksi solidaritas untuk Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia, Jakarta, Jumat (19/4/2024). Aksi yang digagas oleh para seniman yang mengatasnamakan Koalisi Musisi untuk Gaza dan KontraS tersebut untuk memberikan wadah bagi anak muda bersuara dan menuntut agar genosida di Palestina segera dihentikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Pemerintah Mesir bersama Amerika Serikat dan Qatar berupaya keras mencapai kesepakatan gencatan senjata di tengah perang Israel di Jalur Gaza, demikian dikemukakan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry pada Jumat (19/4/2024).

"Penting bagi Hamas dan Israel untuk menunjukkan keinginan politik, bertanggung jawab mencapai kesepakatan gencatan senjata, dan melindungi warga sipil," ujar Shoukry kepada penyiar pemerintah SABC di Pretoria setelah bertemu mitra Afrika Selatannya, Naledi Pandor.

Baca Juga

Mesir, Qatar dan AS telah melakukan negosiasi gencatan senjata dan mengakhiri perang Israel yang dimulai pada Oktober.

“Penting bagi kami untuk terus fokus pada kehidupan dan keselamatan rakyat Palestina. Setelah lebih dari 33.000 orang terbunuh, yang di antaranya 20.000 perempuan dan anak-anak. Ini sangat mengerikan dan harus dihentikan. Kita harus mencapai gencatan senjata, memulangkan sandera dan tahanan,” katanya.

Shoukry juga menekankan perlunya menyediakan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza. Harus diakui bahwa pemindahan paksa warga Gaza merupakan kejahatan perang.

“Kita harus mendapatkan kembali perdamaian dan keamanan serta cakrawala politik untuk memberikan hak-hak sah rakyat Palestina dan pembentukan negara mereka sejalan dengan Juni 1967 dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Shoukry.

Sementara itu mengenai meningkatnya permusuhan antara Israel dengan Iran, dia mengatakan negara-negara di wilayah itu layak berada dalam kedamaian, keamanan, stabilitas dan hidup berdampingan dengan rukun dan bekerja sama.

Shoukry mengatakan Mesir telah memberi peringatan mengenai eskalasi yang mengarah kepada konflik yang lebih luas di kawasan itu yang membahayakan keamanan negara manapun. "Sudah ada kerugian terhadap perekonomian global dengan adanya aktivitas militer di Laut Merah, yang juga harus ditangani," tambahnya.

Naledi Pandor mengatakan isu terpenting bagi komunitas internasional saat ini adalah keselamatan dan nyawa warga Palestina.

“Kita harus mencapai gencatan senjata, tujuan kita adalah melindungi seluruh rakyat Palestina dan mengakhiri pembantaian dan penyerangan terhadap warga Palestina yang menjadi fokus utama dan kami selalu mengatakan bahwa kami tidak ingin melihat peningkatan permusuhan. - dunia tidak membutuhkannya," kata Pandor.

"Yang kita butuhkan adalah perdamaian. Yang kita butuhkan adalah stabilitas, keamanan dan kita perlu memastikan tragedi mengerikan ini segera berakhir,” tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement