Ahad 21 Apr 2024 15:52 WIB

Setiap 10 Menit Satu Anak Terbunuh di Gaza

Israel terus melakukan serangan di Gaza, di mana 34.049 warga Palestina terbunuh.

Rep: Mabruroh/ Red: Gita Amanda
Seorang siswa sekolah dasar Palestina menggendong jenazah anak-anak Palestina tiruan, (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Hussein Malla
Seorang siswa sekolah dasar Palestina menggendong jenazah anak-anak Palestina tiruan, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Setiap 10 menit satu anak terbunuh di Jalur Gaza, demikian menurut penilaian Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Sabtu (20/4/2024) lalu. Untuk itu saat ini fokus menghentikan serangan Israel di Palestina menjadi fokus utama konflik Timur Tengah.

“Sejumlah besar anak-anak juga terluka di tengah serangan intens dan membabi buta,” tulis UNRWA di X. “Gencatan senjata segera menjadi harapan terakhir yang tersisa”.

Baca Juga

Dilansir laman Anadolu Agency, tanpa menghiraukan putusan sela Mahkamah Internasional (ICJ), Israel terus melakukan serangan di Gaza, di mana sedikitnya 34.049 warga Palestina terbunuh dan 76.901 orang terluka sejak 7 Oktober. Mayoritas mereka adalah wanita dan anak-anak, menurut otoritas kesehatan Palestina.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di sana telah rusak atau pun hancur, menurut PBB.

Permusuhan masih terjadi dan pengiriman bantuan masih belum cukup mengatasi bencana kemanusiaan tersebut.

Mengakhiri pendudukan Israel jadi fokus utama

Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, mengatakan ketegangan antara Israel dan Iran seharusnya tidak mengalihkan perhatian dari situasi di Gaza. Ia juga menegaskan bahwa prioritas komunitas internasional adalah harus mengakhiri pendudukan Israel atas wilayah Palestina. 

Hal tersebut disampaikan Fidan pada saat berada di Istanbul dalam kunjungan bersama Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry. Shoukry juga mendesak Iran dan Israel untuk menahan diri.

Kunjungan Shoukry ke Turki terjadi di tengah ketegangan tinggi di Timur Tengah setelah serangan Israel terhadap Iran. Israel tidak mengatakan apa-apa tentang insiden itu.

Berbicara pada konferensi pers bersama dengan Fidan, Shoukry mengatakan wilayah tersebut prihatin dengan eskalasi yang sedang berlangsung. "Kami telah memperingatkan perluasan konflik sejak awal," katanya dilansir dari Arab News pada Ahad (21/4/2024).

“Kami telah meminta kedua belah pihak (Iran dan Israel) untuk menahan diri,” tambah Shoukry.

Fidan mengatakan penyebab utama ketidakstabilan di Timur Tengah adalah pendudukan Israel atas wilayah Palestina dan dukungan Barat untuk Israel. "Perkembangan apa pun yang dapat mengalihkan perhatian kita dari fakta ini harus diabaikan," katanya. "Prioritas kami harus mengakhiri pendudukan Israel di Palestina dan solusi dua negara."

Fidan mengatakan, dia dan Shoukry membahas upaya untuk memberikan lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Secara terpisah, Shoukry mengatakan Mesir akan menjadi tuan rumah delegasi Turki untuk mempersiapkan kunjungan Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi ke Turki di masa mendatang. Para menteri bertemu ketika badan pertahanan sipil Gaza mengatakan serangan Israel menewaskan sembilan anggota keluarga Palestina, termasuk enam anak-anak, di kota selatan Rafah.

Lima anak berusia satu hingga tujuh tahun dan seorang gadis berusia 16 tahun termasuk di antara yang meninggal, bersama dengan dua wanita dan seorang pria, menurut Rumah Sakit Al-Najjar kota. 

"Sembilan martir, termasuk enam anak, ditarik keluar dari puing-puing setelah angkatan udara Israel menyerang rumah keluarga Radwan di Tal Al-Sultan di Rafah," kata juru bicara badan Pertahanan Sipil Gaza, Mahmud Bassal dalam sebuah pernyataan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement