REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan pada Ahad (21/4/2024) mengatakan pihaknya telah menandatangani perjanjian kerangka kerja dengan Ukraina untuk menyediakan dana kerja sama ekonomi kepada negara yang dilanda perang tersebut. Perjanjian tersebut akan membuka jalan bagi Seoul untuk melaksanakan janji yang telah diberikan yaitu memberikan pinjaman berbunga rendah sebesar 2,1 miliar dolar AS (Rp 34,04 triliun) kepada Ukraina.
“Pengaturan yang dibuat pada Jumat dimaksudkan untuk meletakkan dasar hukum pada bantuan kredit. Kedua belah pihak sepakat untuk menjajaki proyek bersama guna membantu rekonstruksi dan pembangunan Ukraina,” kata kementerian tersebut dalam rilisnya.
Perjanjian program pinjaman berbunga rendah tersebut ditandatangani oleh Menteri Keuangan Korsel Choi Sang-mok dengan Menteri Keuangan Ukraina, Sergii Marchenko, di Washington DC.
Sebelumnya pada 2023, Korsel berjanji memberikan tambahan bantuan sebesar 2,3 miliar dolar AS (Rp 37,3 triliun) untuk Ukraina. Bantuan awal sebesar 200 juta dolar AS (Rp 3,24 triliun) akan diberikan pada tahun ini dalam bentuk bantuan kemanusiaan sebagai respons terhadap kebutuhan darurat di Ukraina.
Kemudian sisanya sebesar 2,1 miliar dolar AS akan diberikan kepada Ukraina sebagai pinjaman jangka panjang berbunga rendah melalui Dana Kerja Sama Pembangunan Ekonomi (EDCF) mulai tahun 2025.
Sementara itu, Choi yang turut menghadiri pertemuan komite Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) mengusulkan perluasan platform pembiayaan bersama Bank Dunia bekerja sama dengan entitas swasta dan berbagai mitra lainnya sebagai bagian dari upaya untuk menjadi "bank yang lebih baik dan lebih besar".
Choi juga mengusulkan diadakannya pertemuan pengisian kembali Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA) di Korsel pada Desember. IDA di bawah Bank Dunia memberikan hibah dan pinjaman berbunga rendah kepada negara-negara berpenghasilan rendah.
Dalam pertemuan terpisah dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Choi menandatangani perjanjian hibah senilai 55,96 juta dolar AS (Rp 907 miliar) untuk program Poverty Reduction and Growth Trust (PRGT) organisasi tersebut.
Program PRGT dimaksudkan untuk memberikan pinjaman tanpa bunga bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Afrika dan negara-negara lain, serta Korsel berjanji untuk menyumbang dana tersebut hingga 2027.