REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Surat kabar Israel Hayom mengutip keputusan pemerintah yang mengatakan serangan ke Rafah akan "segera" terjadi. Beberapa media Israel juga mempublikasikan laporan serupa. Dikutip dari Aljazirah, Rabu (24/4/2024) laporan-laporan itu mengatakan persiapan untuk mengevakuasi warga sipil Palestina di Rafah sedang dilakukan.
Israel yakin kota paling selatan Jalur Gaza itu merupakan benteng terakhir Hamas di Gaza. Rafah juga menampung 1,2 juta pengungsi Gaza dari daerah lain yang mencari perlindungan di kota yang berbatasan dengan Mesir itu.
Dalam beberapa pekan terakhir Israel memberi sinyal akan menginvasi Rafah tapi operasi tersebut tertahan karena penolakan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang mengatakan harus ada rencana untuk mengevakuasi warga sipil ke tempat aman. Sementara itu analisa citra satelit Associated Press menunjukkan pembangunan komplek perkemahan di Kota Khan Younis.
Hal ini menimbulkan spekulasi warga sipil Palestina akan dipindahkan ke komplek itu sebelum operasi ke Rafah digelar. Sementara itu Israel melanjutkan serangan udara ke seluruh Jalur Gaza. Serangan-serangan itu terus menambah korban jiwa dan kehancuran di kantong pemukiman itu.
Tiga orang tewas dalam serangan ke sebuah rumah di Rafah sementara beberapa lainnya terluka. Rumah sakit yang penuh sesak, kekurangan staf dan obat-obatan membuat korban luka hanya menerima sedikit intervensi medis.
Sehingga kemungkinan jumlah korban jiwa akan terus bertambah. Di kamp pengungsi Nuseirat yang menjadi target serangan tanpa henti selama beberapa pekan terakhir, lima orang dari satu keluarga yang berlindung di dalam sebuah rumah tewas.
Sementara itu, militer Israel terus menyerang fasilitas umum dan rumah-rumah di Deir el-Balah dan kamp pengungsi Bureij. Pasukan Israel menyerang kota Beit Lahiya, Gaza utara, dan hanya memberikan waktu hanya lima menit bagi warga untuk mengungsi dari rumah mereka sebelum mereka terjebak dalam tembakan artileri.