REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Salah satu kampus ternama di Amerika Serikat (AS) University of Southern California (USC) mengatakan mereka membatalkan wisuda tahun ini. Pengumuman ini disampaikan satu pekan setelah kampus membatalkan pidato kelulusan mahasiswi muslim berprestasi yang mengaku dibungkam oleh kebencian anti-Palestina.
Berdasarkan pemberitahuan di situsnya USC mengatakan langkah-langkah keamanan baru yang diberlakukan tahun ini seperti prosedur pemeriksaan tambahan akan "banyak" menambah waktu pemrosesan tamu.
"Akibatnya kami tidak dapat menyelenggarakan wisuda ulama yang biasanya mengumpulkan 65 ribu mahasiswa, keluarga dan teman-temannya di kampus kami dalam satu waktu," kata USC dalam pemberitahuan itu, Kamis (25/4/2024).
Perang Israel di Gaza memicu ketegangan di kampus-kampus seluruh AS dan menginspirasi gelombang aksi mahasiswa untuk mendirikan tenda-tenda protes di universitas di seluruh negeri. Polisi menangkap ratusan pengunjuk rasa termasuk lebih dari 90 orang di USC.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia memandang penangkapan itu sebagai pembungkaman kebebasan berbicara. Pihak universitas mengatakan protes-protes tersebut tidak berizin. Keputusan USC untuk membatalkan acara wisuda utama diambil beberapa hari setelah universitas mengumumkan mereka memutuskan yang terbaik adalah membebaskan pembicara dan penerima penghargaan dari luar, untuk menghadiri wisuda.
Usai terjadi kecaman atas pembatalan pidato kelulusan mahasiswi berprestasi. Dalam pernyataannya pekan lalu Rektor USC Andrew Guzman mengatakan keputusan membatalkan pidato kelulusan mahasiswi muslim jurusan rekayasa biomedis Asna Tabassum bertujuan untuk melindungi keamanan kampus dan "tidak ada hubungannya dengan kebebasan berbicara."
Di pernyataan tersebut Guzman tidak menyinggung nama Tabassum atau pidato yang akan disampaikan, latar belakang atau pandangan politiknya. Ia juga tidak merinci ancaman terhadap keamanan kampus.
Kelompok pro-Israel dan Yahudi di dalam USC Trojan for Israel dan dari luar USC We Are Tov mendorong pidato kelulusan Tabassum dibatalkan. Mereka mengatakan mahasiswi berprestasi itu menyebarkan pandangan anti-semit.
Tabassum yang menggambarkan dirinya sebagai "generasi pertama muslim Asia Selatan-Amerika" mengatakan pejabat USC menolak membagikan detail asesmen keamanan kampus