Sabtu 27 Apr 2024 08:45 WIB

PBB Minta Bukti Forensik atas Kuburan Massal Gaza Dijaga

Bukti forensik di antaranya jenazah yang dikubur hidup-hidup oleh Israel.

Rep: Mabruroh/ Red: Friska Yolandha
Warga Palestina menguburkan orang-orang yang meninggal dalam pemboman Israel yang dibawa dari rumah sakit Shifa, di kuburan massal di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Rabu, (22/11/2023).
Foto: AP Photo/Mohammed Dahman
Warga Palestina menguburkan orang-orang yang meninggal dalam pemboman Israel yang dibawa dari rumah sakit Shifa, di kuburan massal di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Rabu, (22/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menekankan pentingnya menyimpan bukti kuburan massal di Gaza, meskipun belum ada kepastian penyelidikan yang diminta akan dilakukan. Bukti tersebut di antaranya adalah jenazah para korban yang dikubur hidup-hidup oleh penjajah Israel.

Juru PBB Stephane Dujarric mengatakan, pada konferensi pers hari Kamis (25/4/2024), bahwa semua bukti forensik adalah benar dan harus terpelihara dengan baik. Namun lanjut dia, kapan penyelidikan terhadap kuburan massal itu  belum ada kepastian. 

“Bagaimana itu akan terjadi, tidak jelas saat ini,” kata Dujarric dilansir dari Daily Sabah, Sabtu (27/4/2024).

Dia mengatakan bahwa beberapa unit hukum PBB memiliki wewenang untuk memulai penyelidikan tersebut, tetapi itu belum dilakukan.

Mengenai pertanyaan tentang apakah PBB dapat mengirim tim ke lapangan, Dujarric berkata: "Ini bukan masalah Sekretaris Jenderal (Antonio Guterres) menjadi proaktif karena kami tidak memiliki mandat untuk berpartisipasi dalam penyelidikan semacam itu."

Menekankan bahwa mereka yang melakukan penyelidikan harus memiliki akses ke Gaza, dia mencatat bahwa persetujuan dari beberapa negara, termasuk Israel, diperlukan.

Dujarric menyatakan bahwa sementara PBB mengumpulkan informasi, melestarikan bukti potensial adalah masalah lain. Dia juga memberikan informasi tentang perkembangan mengenai permintaan evakuasi medis dari Gaza, dan berkata, "Hanya 54 persen pasien yang membutuhkan evakuasi medis yang mana permintaan mereka disetujui oleh otoritas Israel.

"Itu kurang dari 5.300 pasien dari lebih dari 9.800 total yang membutuhkan evakuasi untuk alasan medis," tambahnya.

Memperhatikan bahwa prioritas diberikan kepada mereka yang terluka dalam konflik, dia mengatakan individu dengan penyakit kronis terus menunggu.

Dia melaporkan bahwa beberapa anak yang menunggu dialisis meninggal sambil menunggu izin untuk pergi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement