REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saudi menjadi memimpin pertemuan di Riyadh dengan perwakilan dari enam negara Arab untuk membahas situasi di Gaza.
Dikutip dari Aljazirah, Ahad (28/4/2024) Kantor Berita Arab Saudi (SPA) melaporkan pertemuan itu dihadiri Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Al Safadi, diplomat tertinggi Mesir Sameh Shoukry, pejabat Otoritas Palestina Hussein Al Sheikh, penasihat diplomatik UEA Anwar Gargash dan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulaziz Al Khulaifi.
Kelompok ini menekankan perlunya mengakhiri perang Israel di Gaza dan pentingnya mengakui Negara Palestina di sepanjang perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur yang diduduki sebagai ibu kotanya.
Mereka juga menolak segala upaya untuk menggusur warga Palestina dari tanah mereka dan operasi militer di Rafah,daerah paling selatan dari daerah kantong yang menampung sekitar 1,2 juta orang yang mengungsi akibat perang Israel selama hampir tujuh bulan.
Sebelumnya, dilaporkan Presiden World Economic Forum (WEF) Børge Brende mengatakan Presiden Palestina Mahmood Abbas dan sejumlah pejabat internasional lainnya akan menggelar diskusi yang bertujuan mendorong kesepakatan perjanjian gencatan senjata di Gaza di sela pertemuan WEF yang akan digelar di Riyadh pekan ini.
"Saat ini kami memiliki beberapa pemain penting di Riyadh dan berharap diskusi dapat mengarah pada proses rekonsiliasi dan perdamaian," kata Brende dalam konferensi pers di Riyadh, Sabtu (27/4/2024). Ia menambahkan krisis kemanusiaan di Gaza akan masuk dalam agenda WEF. Brende mengatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken akan menghadiri pertemuan bersama pemimpin kawasan seperti perdana menteri Qatar, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, putra mahkota Oman dan pejabat-pejabat Bahrain.
Brende mengatakan menteri luar negeri Mesir juga akan berada di pertemuan itu untuk menyampaikan perkembangan perundingan yang dimediasi Mesir dalam negosiasi yang digelar di Israel, Jumat (25/4/2024). Upaya yang bertujuan memulai kembali perundingan kesepakatan gencatan senjata dan pemulangan sandera yang saat ini masih mengalami kebuntuan.
"Kini terdapat sedikit momentum dalam negosasi sandera dan juga kemungkinan gencatan senjata," kata Brende.