Selasa 30 Apr 2024 11:35 WIB

Rektor Columbia University Meminta Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Bubar

Columbia University tak akan melakukan divestasi aset yang mendukung militer Israel.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Seorang pengunjuk rasa memasang bendera Palestina di perkemahan pro-Palestina di Universitas Columbia, di New York, Ahad, (28/4/2024).
Foto: AP Photo/Andres Kudacki
Seorang pengunjuk rasa memasang bendera Palestina di perkemahan pro-Palestina di Universitas Columbia, di New York, Ahad, (28/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rektor Columbia University Minouche Shafik mengatakan perundingan dengan pengunjuk rasa pro-Palestina yang mulai mendirikan tenda protes dua pekan lalu mengalami kegagalan. Ia meminta pengunjuk rasa untuk bubar sukarela tanpa mengatakan apa yang akan terjadi bila demonstran tidak melakukannya.

Pada Jumat (24/6/2024) lalu panel pengawas universitas mengkritik Shafik dalam merespon unjuk rasa. Dikutip dari Aljazirah, Senin (29/4/2024) dalam pernyataannya Shafik mengatakan penyelenggara aksi dan pemimpin akademik tidak dapat mencapai kesepakatan yang akan memecah kebuntuan mengenai tenda-tenda protes yang menurut kampus melanggar peraturan universitas.

Baca Juga

Ia mengatakan, Columbia University tidak akan melakukan divestasi aset yang mendukung militer Israel. Tuntutan utama para pengunjuk rasa. Tapi ia menawarkan untuk berinvestasi pada pendidikan dan kesehatan di Gaza dan meningkatkan transparansi kepemilikan investasi langsung Columbia University.

Shafik mendapat kecaman dari banyak mahasiswa, dosen dan pengamat dari luar karena memanggil kepolisian Kota New York untuk membubarkan tenda-tenda protes. Lebih dari 100 orang ditangkap. Jumlah orang yang ditangkap polisi AS sejak pembubaran dan penangkapan di Columbia University pada 18 April lalu mencapai 900 orang.

Sementara itu, perguruan tinggi di seluruh AS meminta pengunjuk rasa untuk membongkar tenda-tenda yang semakin mendesak seiring dengan berakhirnya perkuliahan untuk semester ini dan kampus-kampus bersiap menggelar wisuda.

Mahasiswa dan elemen masyarakat yang lain sudah menggelar unjuk rasa sejak Israel menyerang Gaza pada Oktober tahun lalu. Dengan semakin banyak jumlah korban jiwa dan memburuknya situasi kemanusiaan banyak mahasiswa yang menuntut universitas memutuskan hubungan keuangan dengan Israel.

Para demonstran menuduh universitas dan pihak berwenang melanggar hak mereka untuk berunjuk rasa secara bebas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement