REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam tengah berupaya mengoptimalkan gelar dari UNESCO bagi situs-situs warisan budaya di negara itu untuk meningkatkan pembangunan sosial-ekonomi yang lebih kuat. Upaya Vietnam dalam melindungi kekayaan budaya manusia telah membantu masyarakat internasional memahami masyarakat, tradisi, dan sejarah negara itu.
Vietnam kini memiliki 65 situs warisan dunia, cagar biosfer dunia, warisan dokumenter dunia, taman bumi (geopark) global, dan warisan budaya tak benda. Warisan dunia menjadi gelar tertua dan paling bergengsi dari UNESCO.
Destinasi dengan gelar UNESCO telah menjadi daya tarik wisata populer, membantu membangun merek dagang, berkontribusi terhadap mata pencaharian penduduk, dan mendorong pertumbuhan negara secara berkelanjutan. Pada 2012, misalnya, Kompleks Lanskap Trang An hanya menerima satu juta pengunjung per tahun, tetapi lima tahun sejak diakui oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Budaya Alam Dunia, kompleks tersebut menarik 6,3 juta pengunjung pada 2019.
Situs-situs bergelar warisan budaya dunia di negara itu mencatat 21,3 juta pengunjung, termasuk 10,6 juta turis asing, pada 2019 dengan pendapatan dari penjualan tiket langsung mencapai 3,12 triliun VND (sekitar Rp 2 triliun).
Pham Quang Ngoc, Ketua Komite Rakyat Ninh Binh, mengatakan, provinsinya telah menetapkan warisan budaya dan alam serta gelar dari UNESCO sebagai landasan pembangunan berkelanjutan. Para ahli berpendapat, Vietnam harus mengaitkan berbagai upaya pelestarian dan promosi warisan budaya dengan kebijakan pembangunan sosial-ekonomi secara keseluruhan.
Vietnam adalah salah satu dari 11 negara yang dipilih UNESCO untuk memelopori pengembangan indikator budaya untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).