Sabtu 04 May 2024 07:50 WIB

Lembaga-Lembaga PBB Peringatkan Serangan ke Rafah akan Picu Pembantaian Warga Sipil

Israel putuskan akan gelar serangan ke Rafah.

Rep: Lintar Satria / Red: Nashih Nashrullah
Militer Israel bersiap melakukan serangan ke Rafah. Israel putuskan akan gelar serangan ke Rafah
Foto: EPA-EFE/ATEF SAFADI
Militer Israel bersiap melakukan serangan ke Rafah. Israel putuskan akan gelar serangan ke Rafah

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kantor kemanusiaan PBB (OCHA) mengatakan serangan Israel ke Rafah akan membahayakan nyawa ratusan ribu warga Gaza dan pukulan keras bagi operasi bantuan kemanusiaan ke kantong pemukiman itu. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan sudah memiliki rencana darurat bila serangan dilakukan.

Israel berulang kali diperingatkan untuk tidak menggelar operasi ke Rafah yang kini dipadati jutaan pengungsi yang melarikan diri dari pengeboman di daerah lain.

Baca Juga

"Ini dapat menjadi pembantaian warga sipil dan pukulan sangat keras pada operasi kemanusiaan di seluruh jalur karena operasi paling banyak dilakukan di Rafah," kata juru bicara OCHA Jens Laerke di Jenewa, Jumat (3/5/2024).

Israel mengatakan akan memastikan warga sipil dievakuasi dari Rafah. Laerke mengatakan terdapat banyak operasi bantuan di Rafah termasuk klinik medis, gudang yang menyimpan pasokan bantuan kemanusiaan, titik-titik distribusi makanan dan 50 pusat bagi anak-anak malanutrisi akut.

Ia menambahkan OCHA akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk memastikan operasi bantuan berlanjut meski serangan dilakukan dan sedang mempelajari bagaimana melakukannya.

Perwakilan WHO untuk Wilayah Palestina Rik Peeperkorn mengatakan rencana darurat untuk Rafah sudah disiapkan teermasuk rumah sakit terbuka baru. Tapi ia mengatakan rencana tersebut tidak cukup mencegah kenaikan signifikan korban jiwa sipil.

Kementerian Kesehatan Gaza sudah lebih dari 34.500 orang Palestina tewas dalam serangan Israel yang digelar sejak awal Oktober tahun lalu.

"Saya sangat ingin menyampaikan rencana darurat ini hanya perban sementara," kata Peeperkorn melalui sambungan video.

"Ini jelas tidak mencegah kematian dan penderitaan tambahan besar-besaran yang sudah diperkirakan akibat operasi militer," tambahnya.

Persiapan lain termasuk memindahkan posisi pasokan medis ke rumah sakit-rumah sakit ke sebelah utara Rafah bila tiga rumah sakit di kota itu tidak berfungsi sudah beberapa kali dilakukan sepanjang konflik. Langkah itu dilakukan saat Israel menggelar pengeboman dan penyerbuan.

Data WHO menunjukkan hanya sepertiga dari 36 rumah sakit Rafah yang beroperasi sebagian. Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit untuk tujuan militer dan mengatakan serangan mereka ke fasilitas medis dapat dibenarkan karena adanya pejuang Hamas di sana.

Hamas dan staf medis di rumah sakit-rumah sakit Gaza membantah tuduhan tersebut. Peeperkorn mengatakan ia "sangat khawatir" serangan akan menutup perbatasan Gaza dengan Mesir di Rafah yang saat ini digunakan untuk mengirimkan pasokan medis.

"Kami mendesak dan melobi, apa pun yang terjadi, perbatasan itu harus tetap dibuka," katanya. Ia menambahkan WHO juga sudah mengungkapkan masalah ini ke pihak berwenang Israel. 

photo
BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

sumber : Reute
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement