REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza mengatakan semua rumah sakit di utara Jalur Gaza sudah berhenti beroperasi. Israel menggelar pengeboman di Kota Gaza dan kamp pengungsi Jabalia yang berada di utara kantong pemukiman itu pada Sabtu (11/5/2024) malam.
Berhentinya operasi rumah sakit-rumah sakit itu terjadi setelah PBB memperingatkan rumah sakit di seluruh Gaza dapat berhenti beroperasi karena kehabisan bahan bakar.
Dikutip dari o, Ahad (12/5/2024) menurut PBB tidak ada truk bantuan yang masuk Jalur Gaza sejak 5 Mei lalu. Israel memblokir penyeberangan Rafah di selatan Gaza.
Sebelumnya Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan empat petugas medis termasuk orang-orang yang ditemukan tewas dibunuh di rumah sakit al-Shifa. Dalam pernyataannya, Sabtu kemarin kementerian mengatakan total petugas medis yang tewas dibunuh sepanjang perang Israel di Gaza menjadi 492 orang.
Kementerian mengatakan pasukan Israel juga menahan 42 petugas medis dari rumah sakit itu. Sehingga total petugas medis yang ditahan menjadi 310 orang.
Kementerian menambahkan para petugas medis ditahan dalam "kondisi yang mengerikan" yang mengancam nyawa mereka. Kementerian juga mencatat kematian dokter bedah Adnan al-Bursh yang tewas saat ditahan pasukan Israel.
"(Israel harus) segera membebaskan semua petugas medis dan bertindak cepat untuk menyelamatkan yang tersisa dari fasilitas medis kami," kata kementerian.
Sebanyak 80 jenazah ditemukan di tiga pemakaman massal di Rumah Sakit al-Shifa sehingga total jenazah yang ditemukan dari pemakaman massal di rumah sakit itu menjadi 510 jenazah.
Kementerian mengatakan terdapat "bukti kuat" beberapa korban "dieksekusi" dengan ditembak dari jarak dekat. Sebab terdapat luka tembak di kepala dan dada mereka.
Awal pekan ini, para pejabat Palestina mengatakan mereka menemukan pemakaman massal baru di Rumah Sakit al-Shifa, yang dikepung pasukan Israel pada Maret lalu. Pemakaman massal ketujuh yang ditemukan di seluruh Gaza sejak dimulainya perang Israel.