REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan pilot Marinir Amerika Serikat (AS) yang diekstradisi dari Australia atas dakwaan melatih pilot pesawat Cina untuk mendarat di kapal induk, tanpa sadar bekerja sama dengan peretas Cina. Pengacara Daniel Duggan mengatakan warga naturalisasi Australia itu khawatir informasi sensitif yang diminta intelijen Barat dapat membahayakan keluarganya.
Dikutip dari kantor berita Reuters, Ahad (12/5/2024) pernyataan itu tercantum dalam dokumen hukum yang diajukan pengacara Duggan. Dokumen tersebut mendukung laporan sebelumnya yang menyebutkan Duggan memiliki hubungan dengan peretas Cina yang sudah didakwa, bernama Su Bin.
Duggan membantah tuduhan melanggar undang-undang pengendalian senjata AS. Sejak 2022 ia ditahan di penjara keamanan maksimum di Australia setelah pulang usai enam tahun bekerja di Beijing.
Dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Jaksa Umum Australia, Mark Dreyfus, pengacara Duggan, Bernard Collaery mengatakan pihak berwenang AS menemukan korespondensi kliennya dengan Su Bin dari perangkat elektronik yang disita dari Su Bin. Dreyfus akan memutuskan apakah menyerahkan Duggan ke AS setelah hakim mendengar kasus ekstradisi Duggan.
Kasus ini akan disidangkan bulan ini di Sydney, dua tahun setelah Duggan ditangkap di Australia ketika Inggris memperingatkan mantan pilot militernya untuk tidak bekerja untuk Cina. Su Bin ditangkap di Kanada pada tahun 2014, menyatakan bersalah pada tahun 2016 karena mencuri desain pesawat militer AS dengan meretas kontraktor pertahanan AS.
Ia salah satu dari tujuh konspirator bersama Duggan atas kasus ekstradisi. Collaery mengatakan Duggan mengenal Su Bin sebagai perantara pemberi kerja untuk perusahaan penerbangan pemerintah Cina, AVIC. "(Kasus peretasan) sama sekali tidak berkaitan dengan klien kami," kata Collaery dalam dokumen hukum yang diajukan ke Dreyfus.
Menurutnya, walaupun Su Bin mungkin memiliki hubungan tidak pantas dengan agen-agen (Cina) yang tidak diketahui kliennya. Tahun lalu, AS memasukan AVIC ke daftar hitam perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer Cina.
Berdasarkan dokumen ekstradisi yang diajukan AS ke pengadilan Australia, terdapat pesan di perangkat elektronik Su Bin yang menunjukkan ia membayar perjalanan Duggan dari Australia ke Beijing pada Mei 2012 lalu. Collaery mengatakan Duggan meminta Su Bin membantu mencari suku cadang pesawat Cina untuk bisnis pariwisatanya, Top Gun di Australia.
Collaery mengatakan Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) dan penyidik pidana Angkatan Laut AS tahu Duggan merupakan pilot pelatih untuk AVIC. Mereka juga pernah bertemu dengannya di Negara Bagian Tasmania, Australia pada Desember 2012 dan Februari 2013.
ASIO dan Badan Penyelidikan Pidana Angkatan Laut AS, belum menanggapi permintaan komentar mengenai pertemuan tersebut. Sebelumnya ASIO mengatakan tidak akan memberikan komentar sebelum pengadilan digelar.
“Seorang petugas ASIO menyarankan ketika menjalankan operasi bisnisnya yang sah di Cina, Duggan mungkin dapat mengumpulkan informasi sensitif,” tulis pengacaranya. Collaery mengatakan Duggan pindah ke Cina pada tahun 2013 dan dilarang meninggalkan negara itu pada tahun 2014.
Profil LinkedIn Duggan dan sumber-sumber penerbangan yang mengenalnya mengatakan ia bekerja di Cina sebagai konsultan penerbangan pada tahun 2013 dan 2014. Ia melepaskan kewarganegaraan AS-nya pada 2016 di kedutaan AS di Beijing dengan memundurkan tanggalnya ke tahun 2012 pada sebuah sertifikat. "Setelah kontak intelijen terang-terangan pihak berwenang AS yang mungkin membahayakan keselamatan keluarganya”, tulis pengacaranya.
Collaery menolak ekstradisi, dengan alasan tidak ada bukti pilot Cina yang dilatihnya adalah militer dan dia menjadi warga negara Australia pada Januari 2012, sebelum pelanggaran yang dituduhkan. Pemerintah AS Duggan tidak kehilangan kewarganegaraan AS-nya hingga 2016.