REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Ratusan ribu rakyat Palestina terpaksa mengungsi dari Rafah, selatan Gaza karena serangan udara dan darat militer Israel. Semakin banyak orang termasuk anak-anak yang tewas dibunuh setiap hari.
"Sebagai orang yang pernah berada di lapangan dan menghabiskan banyak waktu di rumah sakit di Gaza, termasuk Rafah, saya melihat dampak pertempuran ini pada jenazah anak-anak dan itu sangat mengerikan," kata juru bicara Dana Anak-anak PBB (Unicef) Tess Ingram di stasiun televisi ABC, seperti dikutip Aljazirah, Senin (13/5/2024).
"Saya melihat anak perempuan berusia sembilan tahun mempertahankan nyawanya di ranjang rumah sakit di Rafah dengan luka ledakan di sisi tubuhnya, dan ketika saya bertemu dengannya, ia sudah seperti itu selama 16 hari karena karena tidak ada kemampuan medis di Gaza untuk mengobati luka-lukanya."
"Kami harus melihat diakhirinya pertempuran dan pembunuhan tanpa pandang bulu pada warga sipil terutama anak-anak," tambahnya.
Unicef terus mendesak para pemimpin dunia dalam setiap kesempatan untuk membuka akses kemanusiaan ke seluruh Gaza. Untuk menanggapi situasi yang dihadapi anak-anak di Israel dan Negara Palestina, Unicef menyerukan
Sejak awal perang Unicef meminta akses kemanusiaan yang aman dan tidak terbatas ke dan di dalam Jalur Gaza untuk menjangkau populasi yang terkena dampak perang di mana pun mereka berada, termasuk di bagian utara.
Unicef juga meminta semua akses penyeberangan harus dibuka, termasuk untuk mendapatkan bahan bakar dan material yang cukup untuk menjalankan dan merehabilitasi infrastruktur penting dan pasokan komersial.
Unicef juga meminta pergerakan yang aman bagi pekerja kemanusiaan dan pasokan di seluruh Jalur Gaza harus dijamin dan jaringan telekomunikasi yang dapat diandalkan harus tersedia untuk mengkoordinasikan upaya-upaya respons.
Unicef juga mendesak sandera-sandera Israel yang ditawan Hamas segera dibebaskan tanpa syarat dan diakhirinya pelanggaran berat terhadap semua anak, termasuk pembunuhan dan pelecehan terhadap anak-anak.
Unicef mendesak pihak yang berperang menghormati dan melindungi infrastruktur sipil seperti tempat penampungan dan sekolah, serta fasilitas kesehatan, listrik, air, sanitasi, dan telekomunikasi, untuk mencegah hilangnya nyawa warga sipil dan anak-anak, merebaknya wabah penyakit, dan untuk memberikan perawatan kepada yang sakit dan terluka. Uncief meminta semua pihak yang terlibat dalam konflik harus menghormati hukum kemanusiaan internasional.
Unicef mendesak kasus-kasus medis di Gaza mendapatkan mengakses layanan kesehatan atau diizinkan untuk pergi, dan untuk anak-anak yang terluka atau sakit yang dievakuasi untuk didampingi anggota keluarga.
Unicef meminta perlindungan yang berkelanjutan bagi anak-anak dan keluarga mereka jika mereka tidak dapat atau tidak mau pindah mengikuti perintah evakuasi.
"Warga harus diizinkan untuk bergerak secara bebas ke daerah yang lebih aman, tetapi mereka tidak boleh dipaksa untuk melakukannya," kata Unicef dalam pernyataan yang dirilis di situs resminya.
Lebih dari 15 ribu anak terbunuh di Jalur Gaza sejak awal operasi militer Israel pada 7 Oktober 2023, demikian menurut pernyataan otoritas di daerah kantong Palestina itu.
“15.002 anak meninggal (di Jalur Gaza)… 17 ribu anak hidup tanpa orang tua,” tulis pernyataan yang dipublikasikan kantor pers otoritas Gaza pada Rabu (8/5/2024).
Pada 7 Oktober 2023, kelompok perlawanan Palestina Hamas meluncurkan serangan roket besar-besaran terhadap Israel dan menerobos perbatasan serta menyerang permukiman sipil dan basis militer.
Akibatnya, hampir 1.200 warga Israel tewas dan sekitar 240 orang lainnya disandera selama serangan berlangsung.
Israel lantas melakukan serangan balasan, memerintahkan pengepungan total terhadap Gaza dan mulai melakukan invasi darat dengan tujuan melenyapkan petempur Hamas dan menyelamatkan para sandera.
Sejauh ini, lebih dari 35 ribu warga Palestina terbunuh dalam serangan yang dilakukan militer Israel di Gaza, menurut otoritas setempat. Sementara itu, lebih dari 100 sandera diyakini masih ditahan Hamas di Gaza.
Pada Senin pasukan Israel memulai operasi militer di wilayah timur Kota Rafah dan mengambilalih wilayah Gaza di perbatasan Rafah dengan Mesir.
Keputusan untuk menyerang Kota Rafah diambil meski Hamas menyetujui syarat perjanjian gencatan senjata yang diusulkan Mesir dan Qatar. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut perjanjian tersebut tidak dapat diterima. Saat ini lebih dari 1 juta orang diyakini mengungsi di Kota Rafah.