Kamis 16 May 2024 21:28 WIB

Rusia dan China Desak AS Dahulukan Stabilitas Regional

China menyatakan dukungannya terhadap upaya Rusia untuk menjamin kedaulatan.

Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: Sergei Bobylev, Sputnik, Kremlin Pool Photo v
Presiden China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Rusia dan China pada Kamis mendesak Amerika Serikat untuk meninggalkan pola pikir “kelompok kecil” dan memprioritaskan stabilitas dan keamanan regional.

“Amerika Serikat masih berpedoman pada pola pikir Perang Dingin dan gagasan konfrontasi blok yang menempatkan keamanan ‘kelompok kecil’ di atas keamanan dan stabilitas regional serta mengancam keamanan semua negara di kawasan. Amerika Serikat harus mengakhiri perilaku itu,” kata pernyataan bersama itu.

Baca Juga

Pernyataan bersama usai pertemuan pemimpin Rusia dan China itu juga China menuturkan bahwa mereka sangat prihatin dengan upaya Amerika Serikat untuk membangun keuntungan militer yang menentukan dengan mengorbankan keseimbangan strategis global.

“Hal ini terutama menyangkut upaya AS untuk menciptakan perisai rudal global dan menyebarkan elemen-elemennya di seluruh dunia dan juga di luar angkasa, sambil membangun potensi konvensional dengan presisi tinggi untuk melakukan serangan ‘melucuti senjata’ dan ‘memenggal kepala’,” bunyi dokumen tersebut.

Selain itu, Rusia dan China juga menyerukan negara-negara untuk berhenti menerapkan kebijakan konfrontatif dan ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain

“Para pihak menyerukan negara-negara dan organisasi-organisasi terkait untuk berhenti menerapkan kebijakan konfrontatif dan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain, merusak arsitektur keamanan yang ada, menciptakan garis pemisah baru antar negara, memprovokasi ketegangan regional dan mendorong konfrontasi blok,” tutur pernyataan itu.

China juga menyatakan dukungannya terhadap upaya Rusia untuk menjamin kedaulatan dan integritas wilayah, tambah pernyataan itu.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement