Kamis 16 May 2024 21:33 WIB

Afrika Selatan Kembali Ajukan Permintaan ke Mahkamah Internasional, Ini Tuntutannya

Afrika Selatan berjanji terus bela perjuangan Palestina

Rep: Lintar Satria, Umar Mukhtar / Red: Nashih Nashrullah
Para pengunjuk rasa melakukan protes di depan bianglala The View dekat Gedung Pengadilan menuntut penghormatan terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) tentang Gaza, di Brussels, Belgia, 5 Februari 2024.
Foto: EPA-EFE/OLIVIER MATTHYS
Para pengunjuk rasa melakukan protes di depan bianglala The View dekat Gedung Pengadilan menuntut penghormatan terhadap keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) tentang Gaza, di Brussels, Belgia, 5 Februari 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA – Menteri Pembangunan Sosial Afrika Selatan (Afsel) mengatakan negaranya kembali ke Mahkamah Internasional (ICJ) untuk mengajukan langkah tambahan pada Israel untuk mengakhiri invasi ke Rafah.

Lindiwe Zulu mengatakan Afsel tidak bisa meninggalkan perjuangannya membela Palestina saat Israel mengintensifkan serangan ke Gaza.

Baca Juga

Pada Januari lalu Afsel mengajukan gugatan hukum terhadap Israel ke ICJ atas pelanggaran kewajiban Konvensi Genosida. Zulu mengatakan gugatan itu upaya Afsel untuk "menghentikan genosida, tapi sayangnya hal itu tidak terjadi."

“Sama sekali tidak ada rasa hormat terhadap tindakan yang kami ambil, tidak ada rasa hormat terhadap ICJ,” katanya seperti dikutip dari Aljazirah, Kamis (16/5/2024).

Ia menambahkan Israel hanya meningkatkan "eskalasi" serangan ke Gaza sejak putusan ICJ bulan Januari lalu. "Kami yakin kami tidak bisa berhenti di tengah jalan," kata Zulu.

Ia mengatakan permintaan terbaru Afsel ke ICJ adalah untuk mendesak Israel menghentikan serangannya ke Rafah. Kota di ujung selatan yang menampung ratusan ribu orang dari daerah lain.

Afsel juga meminta ICJ mendesak Israel memastikan warga sipil Gaza menerima bantuan kemanusiaan. Selain itu, kasus ini juga dimaksudkan untuk menambah momentum gerakan solidaritas global pro-Palestina, yang didorong mahasiswa di seluruh dunia dan menekan komunitas internasional untuk mengambil tindakan lebih lanjut.

Sementara itu organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders (MF) mengatakan warga daerah pendudukan di Tepi Barat semakin sulit mengakses layanan kesehatan di tengah serangan dan pembatasan Israel.

MSF menambahkan mengatakan warga Palestina yang tinggal di kamp-kamp pengungsi di Tulkarem dan Jenin tidak bisa dan dihalangi untuk mengakses fasilitas kesehatan, terutama saat terjadi serangan militer Israel.

Para korban harus menunggu untuk mencapai rumah sakit, dan dalam banyak kasus, meninggal sebelum sampai di sana. MSF juga mengatakan orang-orang di Hebron melaporkan seringnya terjadi pemblokiran jalan, serangan militer dan serangan pemukim Israel yang menciptakan hambatan untuk mendapatkan perawatan medis.

Salah satu warga Hebron Mahmud Mousa Abu Eram mengatakan kepada MSF warga harus “berjalan berjam-jam” atau menggunakan keledai untuk mencapai fasilitas kesehatan.

“Sudah lama tidak ada transportasi di daerah ini, dan bahkan jika ada mobil yang mengantarkan kami ke klinik, tentara Israel menyita mobil-mobil itu,” katanya kepada MSF.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement