Sabtu 25 May 2024 09:52 WIB

Rusia: Dalang Serangan Crocus Ingin Rusak Hubungan Negara CIS

Situasi di kawasan CIS dan dunia secara keseluruhan masih dalam ketegangan.

Sejumlah orang meletakan bunga usai mengikuti upacara dan doa untuk mengenang korban tewas dalam insiden penembakan penonton konser di Kedutaan Besar Rusia, Jakarta, Jumat (29/3/2024). Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan belasungkawa atas insiden penembakan massal yang terjadi di sebuah acara musik di gedung konser Crocus City Hall di Krasnogorsk, pinggiran barat Moskow beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah orang meletakan bunga usai mengikuti upacara dan doa untuk mengenang korban tewas dalam insiden penembakan penonton konser di Kedutaan Besar Rusia, Jakarta, Jumat (29/3/2024). Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan belasungkawa atas insiden penembakan massal yang terjadi di sebuah acara musik di gedung konser Crocus City Hall di Krasnogorsk, pinggiran barat Moskow beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK -- Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) Alexander Bortnikov pada Jumat (24/5/2024) mengatakan salah satu tujuan dalang serangan teroris di Balai Kota Crocus untuk merusak hubungan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) menggunakan faktor agama dan nasional.

"Lawan geopolitik kami memperkirakan akan menghancurkan keseimbangan unik antaretnis dan antaragama yang telah berkembang dalam jangka waktu lama hidup berdampingan di antara masyarakat kita,” kata Bortnikov pada pertemuan Dewan Kepala Badan Keamanan dan Layanan Khusus negara-negara anggota CIS di Bishkek.

Baca Juga

Situasi di kawasan CIS dan dunia secara keseluruhan masih dalam ketegangan, karena Amerika Serikat dan Inggris, serta sekutu NATO mereka menggunakan seluruh persenjataan perang hibrida, kata Bortnikov.

"Amerika Serikat, Inggris, dan sekutu NATO mereka, dalam upaya mempertahankan dominasi global menggunakan seluruh persenjataan perang 'hibrida' melawan negara-negara berdaulat, yang tidak setuju dengan kebijakan mereka, termasuk dukungan terhadap rezim teroris secara terbuka,” kata Bortnikov.

Bortnikov menyimpulkan pihak berwenang Ukraina yang tidak memiliki peluang nyata untuk mencapai tujuan mereka di medan perang, dan beralih ke penggunaan teror total.

Sebeumnya, sejumlah orang bersenjata pada Jumat (22/3) melepaskan tembakan ke arah para penonton konser di Balai Kota Crocus dekat Moskow. Pihak berwenang mengonfirmasi bahwa 143 orang tewas, dan lebih dari 360 lainnya luka-luka.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement