Senin 27 May 2024 18:49 WIB

Deforestasi Memperparah Banjir yang Mematikan di Brasil

Pemerintah Brasil didesak untuk memulihkan hutan untuk mencegah banjir.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Banjir di Rio de Jenero, Brasil
Banjir di Rio de Jenero, Brasil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banjir yang melanda Brasil bagian selatan diperparah oleh deforestasi, yang sebagian besar disebabkan oleh pertanian kedelai. Karenanya para ahli mendesak pemerintah terkait untuk memulihkan hutan dan sistem akar penahan air yang luas.

Negara bagian Rio Grande do Sul yang merupakan pusat pertanian telah dilanda bencana iklim yang belum pernah terjadi sebelumnya selama tiga pekan terakhir, di mana kota-kota dan daerah pedesaan terendam banjir akibat hujan lebat yang menyebabkan lebih dari 150 orang tewas dan sekitar 100 orang hilang.

Baca Juga

Ini adalah peristiwa cuaca ekstrem keempat di kawasan ini dalam waktu kurang dari setahun, sebuah fenomena yang menurut para ilmuwan disebabkan oleh perubahan iklim serta penggundulan hutan.

"Ada komponen global dalam perubahan iklim, dan juga komponen regional, yaitu hilangnya vegetasi alami. Hal ini meningkatkan intensitas banjir," kata ahli biologi Eduardo Velez dari MapBiomas, sebuah organisasi yang menggunakan citra satelit untuk melacak deforestasi, seperti dilansir Channel News Asia, Senin (27/5/2024).

Menurut kelompok tersebut, Rio Grande do Sul kehilangan 22 persen vegetasi aslinya, atau 3,6 juta hektar dari tahun 1985 hingga 2022. Lahan-lahan liar tersebut sebagian besar telah digantikan oleh ladang padi, kayu putih, dan terutama kedelai, di mana Brasil adalah produsen dan eksportir terbesar di dunia.

Alih fungsi lahan ini dinilai mengkhawatirkan, sebab ekosistem hutan asli membantu memastikan air meresap ke dalam tanah, mencegahnya terakumulasi di permukaan. Vegetasi juga menahan tanah pada tempatnya, membantu mencegah erosi dan tanah longsor.

“Warna coklat tua dari air yang membanjiri ibu kota negara bagian, Porto Alegre, serta 90 persen kota-kota di Rio Grande do Sul, menunjukkan betapa banyaknya tanah yang tersapu akibat hujan,” kata Velez.

Lumpur tersebut kini menumpuk di dasar sungai, membuat sungai-sungai tersebut menjadi lebih dangkal, sehingga lebih mungkin terjadi banjir di lain waktu.

"Selain merelokasi penduduk dari daerah berisiko tinggi dan membangun kembali infrastruktur, sangat penting untuk memiliki kebijakan untuk memulihkan vegetasi asli," kata Velez.

Sebuah studi tahun 2023 oleh kelompok pembangunan berkelanjutan Instituto Escolhas, menekankan bahwa Rio Grande do Sul perlu segera merestorasi lebih dari satu juta hektar hutan agar dapat menjalankan peran lingkungannya dengan baik.

Namun sayangnya hingga kini belum ada upaya serius untuk melakukan hal tersebut di Rio Grande do Sul, meskipun ada kesepakatan yang ditandatangani tahun lalu dengan negara-negara bagian lain di selatan dan tenggara Brasil guna menghijaukan kembali 90 ribu hektar hutan pada tahun 2026.

Sementara itu di tingkat nasional, deforestasi dilaporkan melonjak di bawah pemerintahan mantan presiden sayap kanan Jair Bolsonaro yang berkuasa pada tahun 2019-2022.

Sumber:

https://www.channelnewsasia.com/sustainability/brazil-floods-deforestation-deadly-climate-change-4355121

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement