Rabu 24 Jan 2018 11:09 WIB

Data 440 Ribu Pendonor Organ Malaysia Bocor

Otoritas setempat masih mengidentifikasi sumber kebocoran tersebut.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Serangan siber
Foto: Flickr
Serangan siber

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Data-data pribadi milik ratusan ribu pendonor organ di Malaysia bocor. Data-data personal milik pendonor yang tercatat sejak September tahun lalu itu telah beredar di dunia maya dibagikan secara bebas. Bebernya identitas personal itu dilaporkan oleh portal Lowyat.net.

Data-data yang bocor kepada publik antara lain nomor KTP, ras, kebangsaan, alamat tempat tinggal dan nomor kontak pendonor. Data yang tersingkap juga memuat informasi tentang bagian organ yang didonor serta pasien penerima donor.

Jumlah korban yang informasi pribadinya bocor ke publik hingga saat ini terhitung sebanyak 440 ribu. Otoritas setempat masih mengidentifikasi sumber kebocoran tersebut. Berdasarkan laporan sementara dengan melihat rincian dan skala data, kuat dugaan kebocoran bersumber dari database pusat.

Regulator Internet, Malaysian Communications and Multimedia Commission (MCMC) tengah membantu investigasi yang dilakukan kepolisian. Pendiri Lowyat.net Vijandren Ramadass mengatakan, indentitas personal para pendonor itu ditemukan dan dibagikan secara gratis pada sebuah situs jerjaring data populer.

"Hingga saat ini file itu masih bisa diakses. Kami meminta secara langsung kepaa pengelola situs untuk menghapus data itu tapi belum ada respons," kata Vijandren Ramadass.

Ini menjadi kebocoran data terbesar di Malayia dalam tiga bulan terakhir. Sebelumnya, Negeri Jiran juga mengalami kebobolan data dari 46 juta penguna ponsel, yang menjadi kebocoran data terbesar di Asia.

Kepolian masih menginvestigasi kasus tersebut menyusul adanya percobaan penjualan jutaan data pribadi tersebut. Kebocoran jutaan indentitas pribadi pengguna ponsel di Malaysia itu juga dibeberkan oleh Lowyat.net.

Ahli kriminal siber mengatakan, kebocoran jutaan data pengguna ponsel itu membuat oknum tidak bertanggung jawab membuat identitas palsu untuk berbelanja. Data pribadi itu juga berisi beberapa rekam medis dan informasi pekerjaan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement