Ahad 01 Apr 2018 22:13 WIB

Kapal Pengungsi Rohingya Terdampar di Thailand

Kapal terdampar usai diterjang badai besar.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Kerabat membawa seorang wanita Muslim Rohingya, yang jatuh pingsan saat kapal yang dia tumpangi berbaris beberapa menit sebelum mencapai pantai, menuju pusat perawatan medis di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Kamis, (14/9).
Foto: AP/ Dar Yasin
Kerabat membawa seorang wanita Muslim Rohingya, yang jatuh pingsan saat kapal yang dia tumpangi berbaris beberapa menit sebelum mencapai pantai, menuju pusat perawatan medis di Shah Porir Dwip, Bangladesh, Kamis, (14/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Sebuah kapal yang penuh dengan pengungsi Rohingya terdampar di Pulau Lanta, Provinsi Krabi, Thailand setelah diterjang badai besar pada Sabtu (30/3). Kapal yang membawa 56 penumpang itu adalah kapal Rohingya pertama yang ditemukan di Thailand lebih dari setahun terakhir.

Pihak berwenang Thailand membantu kapal itu dengan mengisi pasokan bahan makanan bagi para penumpangnya. Warga setempat juga ikut memberi para pengungsi makanan dan air.

"Kami memperlakukan mereka dengan mempertimbangkan rasa kemanusiaan untuk memungkinkan mereka kembali ke laut karena mereka memberi tahu kami mereka menuju ke Malaysia," kata Kepala Polisi Lanta, Polisi Kolonel ML Pattanajak Chakrabandhu, Ahad (1/4).

Puluhan ribu warga Rohingya melarikan diri melalui jalur laut menyusul pecahnya kekerasan di Negara Bagian Rakhine pada 2012, sebagian jatuh ke tangan penyelundup manusia. Eksodus itu mencapai puncaknya pada 2015, ketika diperkirakan 25 ribu orang melarikan diri melintasi Laut Andaman menuju Thailand, Malaysia, dan Indonesia.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) memperkirakan ada lonjakan jumlah kapal-kapal Rohingya yang menuju negara-negara Asia Tenggara dalam konflik Rohingya saat ini. Kepadatan kamp pengungsian di Bangladesh dinilai dapat mendorong banyak orang untuk melakukan penyeberangan laut yang membahayakan.

"Kami telah menerima informasi yang dapat dipercaya tentang kapal-kapal yang penuh dengan pengungsi Rohingya, yang pergi ke Malaysia selama beberapa bulan terakhir. Situasi kemanusiaan di Bangladesh bagi para pengungsi sangat sulit," kata Matthew Smith, pendiri kelompok advokasi Fortify Rights.

Kepala penjaga pantai Malaysia Zulkifili Abu Bakar mengatakan ia belum menerima informasi tentang kedatangan para pengungsi. Dia menambahkan, kebijakan standar yang diberlakukan adalah mengembalikan perahu pengungsi yang mencoba melakukan pendaratan, kecuali dalam kondisi cuaca buruk.

"Kami mungkin mengizinkan mereka masuk dan memberi mereka makan. Kekhawatiran kami adalah jika kami mengizinkan satu kapal masuk, maka kami harus mengizinkan kapal lain setelah itu," ujar Zulkifili.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement