Jumat 22 Nov 2013 06:46 WIB

Si Bongsor Dreamlifter 747 Salah Mendarat, Terjebak Semalam

Boeing 747 Dreamlifter berhasil lepas landas meninggalkan Bandara Jabara, Washington, pada Kamis (21/11/2013)
Foto: AP PHOTO
Boeing 747 Dreamlifter berhasil lepas landas meninggalkan Bandara Jabara, Washington, pada Kamis (21/11/2013)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pesawat Boeing berukuran masif 747 Dreamlifter tidak sengaja mendarat di bandara yang salah, Rabu (20/11) lalu di Amerika Serikat. Gara-gara insiden itu pesawat diam 'terjebak' satu malam.

Jumbo jet yang dimodifikasi ini sedang dalam perjalanan mengambil bagian-bagian pesawat 787 Dreamliner untuk diterbangkan ke pabrik perusahaan di Everett, Washington dan North Charleston, Carolina Selatan.

Tapi alih-alih mendarat di Pangkalan AU McConnell di mana bagian hidung 787 dirakit oleh Spirity Aerosystem, si Dreamlifter mendarat beberapa kilometer di bandara Jabara.

Bukan masalah? Justru masalah besar! Landasan pacu Jabara hanya 1860 meter, sedikit lebih pendek dari persyaratan normal yang dibutuhkan 747 untuk lepas landas.

 

Pilot mendarat di bandara yang salah sepertinya bukan hal baru di AS. Kesalahan itu dengan mudah dibuat terutama bila letak bandara berderet satu sama lain di peta terutama bila pilot terbang di area yang belum dikenalnya, juga di malam hari.

Namun sulit dibayangkan mengapa pilot Dreamlifter---yang diasumsikan telah beberapa kali mendarat di McConnel sebelum mengambil suku cadang 787---tidak akrab dengan kawasan Wichita dan prosedur saat mendekat.

Berdasar rekaman audio komunikasi pilot dengan menara kontrol udara, menjadi jelas ternyata pilot 747 tidak cukup yakin di mana mereka mendarat. "Ya sir, kami baru saja mendarat di bandara lain," balas pilot ketika mereka tidak berada di bandara yang dikehendaki. Saat itu para pilot masih belum yakin apa itu 'bandara lain' di mana mereka berada.

Akhirnya mereka membacakan kordinat ke menara kontrol yang memastikan pesawat berada di bandara Jabara, 16 kilometer ke utara dari tujuan sebenarnya.

Banyak pertanyaan yang muncul, — termasuk mengapa para pilot tidak mengikuti panduan yang diasumsikan sebagai instrumen untuk mendekati titik tujuan, atau mengapa mereka tidak mengikut saja petunjuk GPS.

Begitu pilot Dreamlifter mengetahui di mana mereka berada, mereka juga menyadari bahwa mereka tidak seharusnya berada di sana sehingga memaksa lepas landas dalam landasan pacu relatif pendek. Pada ukuran 1.860 meter, sebagian besar pesawat tidak mengalami masalah saat take off, tapi Dreamlifter bukan pesawat normal, ukurannya membutuhkan panjang di atas rata-rata.

Tentu saja masalah utama adalah melakukan manuver di darat. Boeing akhirnya  mengirim mobil dongkrak pesawatnya dari McConnell dengan kawalan polisi untuk membantu si Dreamlifter di Jabara.

Pesawat ditarik agak mundur ke belakang keluar dari landasan pacu. Akhirnya pada Kamis (21/11), si bongsor Dreamlifter berhasil lepas landas meninggalkan Jabara.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement