Jumat 26 Apr 2024 16:15 WIB

AS Didesak Gelar Penyelidikan Independen pada Kuburan Massal 

Kasus ini memerlukan penyelidikan independen, cepat atau lambat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Warga Palestina berduka karena keluarganya tewas dalam serangan udara Israel di Khan Yunis di luar Rumah Sakit Nasser, Jalur Gaza selatan.
Foto: EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Warga Palestina berduka karena keluarganya tewas dalam serangan udara Israel di Khan Yunis di luar Rumah Sakit Nasser, Jalur Gaza selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pengacara internasional, Geoffrey Robertson, mengatakan harus ada penyelidikan independen setelah ditemukannya ratusan jenazah yang dikubur di kuburan massal di Rumah Sakit Nasser. Pihak berwenang di Gaza mengatakan sejauh ini mereka menemukan 392 jenazah di kuburan massal itu.

"Ini kejahatan terhadap kemanusiaan, kasus ini memerlukan penyelidikan independen, cepat atau lambat," kata Robertson seperti dikutip dari Aljazirah, Kamis (25/4/2024). Ia menambahkan, penting bagi penyidik independen untuk dapat melihat bukti secara langsung. Tapi, tampaknya Israel tidak akan mengizinkan hal itu terjadi.

Baca Juga

"Saya pikir ini waktunya Amerika harus melangkah maju, mereka memiliki sejumlah pakar dan pengacara ahli. Saya yakin AS dapat menyusun tim dari mereka, dan hal ini harus dilakukan karena menyebabkan kemarahan di masyarakat internasional," kata Robertson.

Anggota Pertahanan Sipil Palestina Mohammed al-Moghier mengatakan timnya siap menyiapkan laporan bukti untuk penyelidikan independen terhadap kuburan massal yang ditemukan di Rumah Sakit Nasser di Gaza. "Laporan itu bisa menjadi dasar bagi pekerjaan yang akan dilakukan komite investigasi internasional kami siap membantu pekerjaan mereka untuk mendorong Israel menahan diri agar tidak melakukan kejahatan terhadap orang-orang di Gaza," kata al-Moghier kepada Aljazirah.

Al-Mughier juga menggambarkan dampak dari bekerja selama beberapa bulan terakhir di Gaza. Ia mengatakan beberapa pekerja bantuan mengalami trauma setelah gagal menyelamatkan orang-orang yang mereka coba selamatkan. "Beberapa anggota kami mengalami trauma, yang berdampak pada cara kami melakukan pekerjaan kami," katanya.

Ia menambahkan, sebagian lainnya terinfeksi penyakit ketika mereka menggali mayat dari bawah reruntuhan tanpa tindakan pencegahan yang diperlukan karena kurangnya peralatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement