Rabu 03 Sep 2014 10:31 WIB

Satu Lagi Wartawan AS Dieksekusi ISIS

Steven Sotlof
Foto: reuters
Steven Sotlof

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ISIS merilis sebuah video yang memerlihatkan proses eksekusi wartawan asal Amerika Serikat (AS), Steven Sotlof, Selasa (2/9). Ini merupakan video ancaman terhadap AS yang terus melakukan serangan terhadap ISIS.

"Saya kembali, Obama. Dan saya kembali karena kebijakan luar negeri arogan anda terhadap ISIS," ujar orang yang mengenakan tutup kepala dalam video tersebut sambil mengacungkan pisau ke kamera seperti dilansir the Guardian, Rabu (3/9).  

Baca Juga

Sebelumnya, ISIS juga telah melakukan kekejaman serupa terhadap jurnalis bernama James Foley.

Di video itu, militan ISIS menyampaikan pesan kepada AS sambil mengangkat kepala Sotlof. Seperti sebelumnya, suara militan yang ada di video itu memiliki aksen London, Inggris. 

Diduga, ia merupakan orang yang sama yang telah mengeksekusi Foley. Di akhir video, orang itu pun mengancam akan membunuh sandera lainnya yang diidentifikasi sebagai Briton. Video itu menimbulkan ketakutan kalau sandera Inggris akan menjadi korban selanjutnya.  

Pihak AS menyatakan, ahli intelijen mulai memeriksa keaslian video berdurasi dua menit 50 detik tersebut. Namun, pihak keluarga meyakini kalau Sotlof telah tewas.

"Intelijen akan bekerja secepat mungkin untuk menentukan keaslian video itu. Jika asli, kami muak dengan aksi brutal yang menewaskan nyawa warga AS. Kami turut berduka untuk keluarga Sotlof," papar juru bicara departemen luar negeri AS, Jen Psaki.

Sementara PM Inggris, David Cameron mengecam tindakan pembunuhan itu dan menyebutnya sebagai aksi yang tercela.

Guardian melaporkan, dalam video terlihat Sotlof yang berlutut dengan tangan diikat di belakang. Di sampingnya ada seseorang yang memegang pisau.

"Anda, Obama, belum menyadari. Bahwa melalui aksi anda, telah membunuh warga AS lainnya," ujar orang bermasker sebelum membunuh Sotlof.

Ia pun kemudian meminta Obama untuk menghentikan pengeboman di Irak. Jika tidak, maka ISIS akan terus membunuh warga AS lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement