Jumat 06 Mar 2015 07:33 WIB

Perempuan Non-Muslim Putuskan Pakai Hijab Selama 40 Hari

Rep: C13/ Red: Erik Purnama Putra
Penampilan Jessey Eagan sehari-hari dan ketika memakai hijab.
Foto: Barenakedislam.com
Penampilan Jessey Eagan sehari-hari dan ketika memakai hijab.

REPUBLIKA.CO.ID, ILLINOIS -- Seorang perempuan warga Amerika Serikat (AS) non-Muslim yang beragama Kristen, Jessey Eagan telah mengumumkan keputusannya untuk mengenakan hijab atau jilbab. Dia menetapkan untuk memakainya selama 40 hari dan menempatkannya menjadi bagian yang berbeda dari rutinitas biasanya.

"Saya ingin mengingatkan diri sendiri bagaimana rasanya menjadi orang luar ‘lain’. Jadi, saya berlatih memakai jilbab yang saya pinjam dari teman-teman Muslim dan tetangga saya," ujar direktur anak-anak untuk Gereja Dei Imago di Peoria tersebut dikutip Onislam.net, Jumat (6/3).

Menurut Eagen, menggunakan hijab untuk saat ini sangat penting. Hal itu karena dia teringat adanya peningkatan permusuhan yang semakin besar dari orang berkulit putih, yaitu warga Muslim AS. DIa juga mengaku merasa gugup dengan idenya tersebut.

Perempuan berambut pirang tersebut mengatakan, gagasannya itu pertama disarankan oleh seorang temannya yang beragama Islam. Terkait idenya itu, Eagen pun menulis di blognya, berjudul # 40daysofhijab. Eagan mengaku terinspirasi untuk melakukan tantangan itu setelah sebelumnya tinggal di Amman, Yordania.

"Untuk mengatakan bahwa saya tidak cukup cocok di lingkungan baru yang selama ini saya remehkan. Saya adalah orang asing," tambah Eagan. Eagen sendiri pindah ke Yordania sejak tujuh tahun yang lalu dengan suaminya selama 18 bulan.

Menurut Eagen, menjadi perempuan pirang bermata biru di Yordania seperti berdiri dan berteriak-teriak di perpustakaan. Karena itu, ia berharap pengalaman itu akan mengajarkan Kristen bagaimana melihat perbedaan. Selain itu, masyarkat juga harus bisa belajar toleransi dan ikut merasakan penderitaan yang lain.

"Yesus berkata untuk mencintai tetangga kita, orang asing, dan musuh. Saya pikir ini adalah sesuatu yang tidak dianggap serius oleh banyak orang Kristen," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement