Senin 27 Apr 2015 13:40 WIB

Miliki Kekayaan 1,2 Triliun, Paman Assad di Prancis Diselidiki

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Rifaat al-Assad
Foto: Foxnews
Rifaat al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Paman dari Presiden Suriah Bashar al-Assad sedang diselidiki di Prancis. Selama 30 tahun tinggal di Prancis Rifaat al-Assad diketahui memiliki kekayaan hingga 90 juta euro atau sekitar 1,2 triliun rupiah.

Dilansir dari Eubusiness, Senin (27/4), menurut penyidik di Prancis Rifaat yang merupakan adik dari Hafez al-Assad telah bergerak dalam bisnis mewah selama 30 tahun.

Aset keluarganya senilai 90 juta euro, mencakup peternakan kuda, dua rumah dan blok apartemen mewah, serta sebidang tanah di ibukota Prancis.

Rifaat mengatakan pada para penyidik, ia tak memiliki apa pun saat meninggalkan Suriah. Keluarganya mengklaim Rifaat mendapat modal dari sejumlah pendukung Arabnya yang kaya, termasuk mantan Raja Abdullah.

"Peternakan kuda diberikan pada ayah saya oleh pangeran (kemudian menjadi Raja) Abdullah dari Arab Saudi," kata anak Rifaat, Soumar al-Assad.

Anggota keluarganya yang lain juga telah memberikan bukti, pendukung Arab telah mendukung Rifaat selama pengasingan di tahun 1980an. Rifaat dipaksa meninggalkan Suriah ke pengasingan 30 tahun silam, karena berusaha merebut kekuasaan dari saudaranya.

Penyelidikan keuangan Rifaat ini dipicu oleh sebuah kelompok aktivis bernama Sherpa. Mereka mewakili para korban kejahatan keuangan, yang mengklaim kekayaan Rifaat didapat selama ia menjadi bagian dari rezim Suriah.

"Rifaat hidup dari penjualan apartemen dan bantuan rutin Saudi. Bukan uang Suriah," kata pengacaranya Benjamin Grundler.

Namun pakar Suriah Fabrice Balanche dari Universitas CNRS, Lyons, mengatakan sangat skeptis dengan penjelasan Rifaat. Ia mengatakan pada para penyidik, Saudi tak memiliki kepentingan apa pun untuk mendukung Rifaat.

"Ia tak mewakili apa-apa," katanya.

Rifaat diketahui pernah memerintah pasukan keamanan internal yang terkenal di Suriah pada 1970-1980an. Pasukannya kala itu memimpin pembantaian Hama pada 1982, yang menewaskan antara 10 hingga 25 ribu warga sipil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement