Jumat 29 May 2015 03:16 WIB
Pengungsi Rohingya

Dalai Lama Desak Aung San Suu Kyi Bicara untuk Muslim Rohingya

Rep: C24/ Red: Julkifli Marbun
Dalai Lama
Dalai Lama

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seorang pemimpin spiritual Buddha di Tibet Dalai Lama mendesak pemenang Nobel Perdamaian sekaligus ikon pro-demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi, untuk berbicara guna melindungi Muslim Rohingya yang dianiaya negaranya di tengah krisis perdagangan manusia.

Dalai Lama mengatakan kepada surat kabar The Australian, Kamis (28/5) bahwa dunia tidak bisa mengabaikan nasib lebih dari 3.000 migran yang telah putus asa sehingga mendarat di pantai Indonesia, Malaysia dan Thailand dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan tak jarang menjadi korban pedagang manusia dan bisa dibebaskan setelah keluarga mereka membayar uang tebusan.

"Ini tidak cukup untuk mengatakan. Bagaimana untuk membantu orang-orang ini. Ini tidak cukup. Ada sesuatu yang salah dengan cara manusia berpikir. Pada akhirnya kita kurang kepedulian terhadap kehidupan orang lain, dan kesejahteraannya," ujar Dalai Lama ketika wawancara di kota bukit India di mana dia tinggal di pengasingan, seperti dikutip dalam surat kabar.

Para pengungsi adalah campuran dari Bangladesh untuk mencari pekerjaan dan Muslim Rohingya melarikan diri karena penganiayaan yang dilakukan oleh mayoritas Buddha Myanmar. Dalai Lama mengatakan ia telah membahas Rohingya di pertemuan sebelumnya dengan Suu Kyi.

"Aku disebutkan tentang masalah ini dan dia bilang dia menemukan beberapa kesulitan, bahwa hal-hal yang tidak sederhana tetapi sangat rumit. Tapi terlepas dari itu saya merasa dia bisa melakukan sesuatu," ujarnya.

Suu Kyi menjadi pahlawan internasional selama bertahun-tahun dan pernah menjadi tahanan rumah karena menentang para jenderal yang lama memerintah Myanmar. Dia masuk politik setelah pembebasannya 2010, ketika junta menyerahkan kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Dalam sebuah negara yang mayoritas beragama Budha di mana ada banyak kebencian terhadap Muslim Rohingya, dia tetap diam atas penganiayaan yang terjadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement