Rabu 18 Nov 2015 17:54 WIB

Serangan Teror di Paris Berdampak Buruk Bagi Muslim di Barat

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Bilal Ramadhan
 Polisi Prancis menggelar operasi memburu teroris di kawasan Saint-Denis di utara kota Paris, Rabu (18/11).  (AP/Francois Mori)
Komik Prancis tentang Islam dan Muslim di Prancis.

Prancis yang didiami 5 juta Muslim melihat bagaimana dengan mudah korelasi terjadi setelah serangan pada bulan Januari yang menewaskan 17 orang di kantor majalah satir Charlie Hebdo dan supermarket halal.

Dalam pekan-pekan berikutnya tindakan anti-Muslim seperti penyemprotan grafiti di masjid dan penghinaan yang dilakukan terhadap perempuan berjilbab terus terjadi. The National Observatory Islamophobia mencatat kenaikan 281 persen dalam insiden tersebut pada kuartal pertama 2015 dibandingkan dengan tiga bulan yang sama tahun sebelumnya.

Sebuah situs berita Muslim Saphirnews melaporkan pada Ahad bahwa Muslim Perancis sekali lagi menjadi korban terorisme. ‘’Pada hari Sabtu (14/11) pagi, salib berwarna merah darah ditemukan dilukis di dinding sebuah masjid di timur Paris,’’ katanya.

Harian Le Parisien melaporkan, slogan "Prancis, bangun!" itu ditulis di dinding sebuah masjid di selatan Prancis dan "Matilah Muslim" ditulis di dinding di sekitar Evreux utara Paris.

‘’Kami tidak mengerti apa yang terjadi. Ini hanya mendorong kita mundur," kata Ismael Snoussi, seorang jamaah di sebuah masjid di Luce, kota di luar Chartres mana salah satu penyerang Serangan Paris dibesarkan.

Malika Chafi, yang bekerja untuk sebuah organisasi non-profit, merasa geram ketika ditanya bagaimana dia sebagai seorang Muslim merasa keberatan tentang serangan. "Bagi saya, itu tidak masuk akal untuk mengatakan seorang Muslim. Ini bukan masalah Muslim, ini adalah masalah polisi dan terorisme,’’ ujarnya.

Nabil, seorang staf di Stadion Stade de France di mana dua pembom bunuh diri meledakkan diri, keberatan dengan memanggil penyerang tersebut dengan sebutan 'jihadis' atau 'Islam'. "Mereka teroris. Saya 100 meter dari ledakan pertama dan bom tidak akan membuat perbedaan antara Muslim dan Buddha," ujarnya.

Dia juga mengkritisi para politisi Prancis. Menurutnya, para politisi memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dengan komunitas Muslim. Menurutnya, Islamophobia yang ada harus ditangani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement